Kendal  

Berhari-hari Diabaikan, 44 Pengungsi Korban Banjir Kendal Terlantar

Puluhan pengungsi korban banjir mengungsi di Carcentro Patebon.(Dok)

 

KENDAL, Joglo Jateng – Sudah berhari-hari puluhan pengungsi korban banjir Desa Kebonharjo Patebon seperti ditelantarkan Pemkab Kendal. Mereka mengungsi di pengungsian Carcentro Patebon.

“Sudah sejak Selasa 28 Januari 2025 lalu pengungsi seperti ditelantarkan. Tidak ada perhatian pemerintah di sini,” kata Mashuri, owner Carcentro Patebon, Jumat (31/1/2025).

Mashuri mengungkapkan, awal showroom mobilnya dijadikan tempat pengungsian karena rasa empati terhadap para korban banjir.

“Pada Senin malam 20 Januari 2025 tanggul Kali Bodri jebol. Malam itu banyak warga mengungsi di pinggir-pinggir jalan untuk menyelamatkan diri. Mereka di pinggir jalan sampai pagi. Hingga akhirnya sekitar pukul 10 pagi mereka mengungsi ke sini,” ungkapnya.

Di hari pertama Carcentro dijadikan tempat pengungsian setidaknya ada 26 warga korban banjir yang mengungsi di tempat tersebut. Mereka adalah warga RT 3 dan RT 4 RW 4 Desa Kebonharjo.

Sejak adanya puluhan pengungsi, Mashuri dan sejumlah sahabat dekatnya berupaya menggalang bantuan dari para dermawan. Bantuan yang datang digunakan untuk mencukupi berbagai kebutuhan para pengungsi.

“Kita masak sendiri, cari logistik sendiri dari para dermawan. Baru pada Kamis siang 23 Januari 2025 ada petugas dari BPBD yang standby di sini dan mendapat bantuan logistik dari Pemda Kendal,” ujarnya.

Dia menyampaikan, kehadiran petugas BPBD di Carcentro maupun bantuan logistik dari Pemda tak berlangsung lama. Sejak Selasa 28 Januari 2025, baik petugas BPBD maupun bantuan logistik sudah tidak diberikan ke pengungsian Carcentro lagi.

“Saya sempat tanyakan ke BPBD, kenapa sudah tidak ada lagi petugas yang jaga di pengungsian Carcentro. Dijawabnya malah petugas banyak menangani bencana di tempat lain,” kata Mashuri.

Kondisi seperti ini, membuat Mashuri dan sejumlah sahabatnya harus memutar otak memikirkan cara untuk mencukupi kebutuhan para pengungsi.

Padahal, di tempat pengungsian tersebut masih ada 44 pengungsi. Di antaranya ada 1 balita dan 6 anak-anak yang menempati pengungsian karena rumahnya belum bisa dihuni.

“Kalau sekarang hanya 44 orang yang masih mengungsi. Pernah sampai 72 pengungsi. Kalau siang begini mereka balik ke rumah untuk bersih-bersih. Sorenya baru ke sini lagi,” jelasnya.

Ia berharap, dengan kondisi seperti ini Pemkab Kendal bisa memberikan perhatian kepada para pengungsi. “Ya saya berharap Pemkab Kendal jangan lepas tangan dan lepas tanggungjawab. Ini kan juga warga Kendal. Mereka adalah korban, perlu bantuan dan perhatiannya,” harapnya.

Harapan yang sama juga disampaikan Zaeni salah seorang warga RT 3 RW 4 Desa Kebonharjo yang mengungsi bersama istri dan dua anaknya yang masih balita di Carcentro Patebon.

“Saya minta pemerintah perhatian kepada kami. Karena rumah kami belum bisa ditempati dan kami masih mengungsi di sini,” ujar Zaeni.

Dikatakan Zaeni, banjir akibat jebolnya tanggul Kali Bodri menyebabkan rumahnya terendam banjir lebih dari 1 meter. Bencana ini juga mengakibatkan hanyutnya harta benda yang dimiliki.

“Rumah hampir tiap hari saya bersihkan, tapi lumpurnya terlalu tebal dan hujan sering turun, sehingga lumpur kembali masuk rumah,” ungkapnya.

Tak hanya itu, intensitas curah hujan yang tinggi membuat dirinya dan beberapa warga lain was-was. Pasalnya, tanggul Kali Bodri yang dekat dengan tempat tinggalnya kondisinya kritis dan belum diperbaiki.

“Tanggul tiap sungai meluap selalu terkikis dan sekarang kondisinya hanya tersisa setengah meter. Warga ketakutan kalau tiba-tiba jebol lagi,”

“Saya minta kepada pemerintah agar tanggul itu segera diperbaiki,” pungkasnya.(ags)