Ajarkan Guru Cegah Kekerasan dan Bullying

TUKAR PIKIRAN: Sejumlah guru saat berdiskusi mengenai uapaya disiplin positif di Aula SMP N 36 Semarang, Selasa (9/8). (LU'LUIL MAKNUN/JOGLO JATENG)

SEMARANG, Joglo Jateng – Dalam upaya pencegahan kekerasan dan bullying di sekolah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) bersama Yayasan Indonesia Mengabdi (YIM) mengadakan pelatihan untuk fokus menangani perilaku kekerasan pada anak, baik di sekolah dan rumah. Kegiatan ini berlangsung selama tiga hari. Mulai 8-10 Agustus di SMP N 36 Semarang.

Syamima Dzati Dini, Fasilitator dari anak Yayasan Setara yang merupakan yayasan dibawah naungan Yayasan Indonesia Mengabdi (YIM) mengatakan, kegiatan ini diikuti oleh sebanyak 46 guru dari Kota Semarang. Mereka berkelompok, mengerjakan tugas, dan mempresentasikannya dihadapan peserta yang lain.

Baca juga:  Ribuan Banteng Senior Siap Menangkan Agustin-Iswar

“Kami bagian dari YIM. Mengajarkan guru-guru disini agar mereka itu melakukan tindakan respon ke siswa tidak dengan hukuman tapi dengan disiplin positif,” ujarnya, Selasa (9/8).

Ia menambahkan, dengan menerapkan disiplin positif, hukuman yang biasanya diberikan ke siswa bisa diganti dengan solusi yang tepat. Nantinya tidak hanya guru yang membuat kesepakatan, tapi peserta didik juga dilibatkan.

“Kita mengajari tahapan-tahapan untuk melakukan disiplin positif. Siswa juga akan dilibatkan dalam pembuatan kesepakatan,” tambahnya.

Sebanyak 10 sekolahan di Kota Semarang akan diberikan pelatihan dan materi mengenai disiplin positif. Ada 8 sekolah negeri seperti SMPN 36 Semarang, SMP N 13 Semarang SMP N 28 Semarang, dan sebagainya. Kemudian satu sekolah berbasis Islami dan satu sekolah non Islami.

Baca juga:  Wali Kota Semarang Serahkan Santunan Kematian pada 168 Ahli Waris

“Kerjasamanya dengan Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Semarang sekolah mana saja yang kiranya gurunya perlu didampingi,” akunya.

Sementara itu, Kepala Sekolah SMP N 36 Semarang Nur Laily mengatakan, pihaknya mendukung penuh pelaksanaan program ini. Menurutnya dengan pencanangan sekolah ramah anak, dengan background lingkungan yang kebanyakan dari keluarga menengah ke bawah.

“Secara tidak langsung penerapan disiplin positif sebenarnya sudah kami laksanakan. Dengan program ini kami baru mengetahui materi dan tahapan yang baik dilakukan itu seperti apa,” katanya. (luk/gih)