JEPARA, Joglo Jateng – Pimpinan Cabang (PC) Lembaga Bahtsul Masail Nahdatul Ulama (LBMNU) Jepara, pilih Pondok Pesantren (PonPes) Darussa’adah, Desa Bugel, Kecamatan Kedung sebagai lokasi Bahtsul Masail, Sabtu (15/7/23).
Usut punya usut, pemilihan lokasi selain karena suasananya yang adem, Ponpes Darussaadah ternyata memiliki sanad keilmuan kepada KH. Arwani Amin, seorang maestro al-Qur’an dari Kabupaten Kudus.
Hal tersebut, disampaikan Pembantu Pengasuh PonPes sekaligus Sekretaris PC LBMNU Jepara, Muhammad Nadhif. Ponpes Darussa’adah, kata dia, berada di lokasi tenang. Sehingga tidak heran jika Bahtsul Masail diselenggarakan di Pondok.
“Suasana pondok memang adem, ya beginilah ketika suatu tempat dibuat untuk belajar apalagi deres (membaca) al-Qur’an. Berdirinya Pondok, itu atas instruksi dari Bu Ismah (istri KH. Ulin Nuha -anak KH. Arwani),” papar Nadhif kepada Joglo Jateng, Minggu (16/7/23).
Nur Faizah Abdurrofiq selaku Pengasuh PonPes Darussa’adah saat ini, kata Nadhif, dulu pernah berguru kepada Bu Ismah di PonPesnya Kota Kudus. Faizah, belajar dan deres bertahun-tahun di sana.
Sampai pada suatu ketika, Nur Faizah memiliki santri (pengikut) ngaji di rumahnya. Setelah Bu Ismah mengetahui, Nur Faizah pun diberikan pesan supaya mencari teman mengaji (deres al-Qur’an.
Pesan tersebut, diartikan sebagai perintah untuk mendirikan pesantren. Karena santri sama dengan teman dalam mengaji, belajar bersama. Berangkat dari hal itu, Nur Faizah pun memberanikan diri mendirikan PonPes Darussa’adah.
“Awalnya ada santri yang ngaji, ada pula yang ngelaju (pulang-pergi). Setelah ada perintah dari Bu Ismah, gurunya ibuk (Nur Faizah), akhirnya berani dan berdirilah pesantren di Tahun antara 1989 atau 1992,” ujar Nadhif.
Karena Nur Faizah berbasis al-Qur’an ala KH. Arwani Amin Kudus, maka pembelajaran di pondoknya seirama dengan PonPes Yanbu’ul Qur’an.l Kudus. Dalam tanda kutip, sejurus sanad maupun metode yang diajarkan Bu Ismah kepadanya.
Kini, kata Nadhif, PonPes Darussa’adah telah memiliki ratusan santri dari berbagai daerah. Mereka dibagi menjadi tiga pondok, yakni pondok satu putri, pondok dua putra, dan pondok tiga putri. Adapun, pembelajarannya kian variatif, ditambahi dengan kajian kitab klasik. (cr2/fat)