SMP 2 Kaliwungu Gelar Fashion Show Busana Daur Ulang Sampah

MEMUKAU: Bak model siswi SMP 2 Kaliwungu berlenggang menampilkan kostum unik dari sampah daur ulang, belum lama ini. (UMI ZAKIATUN NAFIS/JOGLO JATENG)

KUDUS, Joglo Jateng – Sebanyak 24 siswa memamerkan baju yang terbuat dari daur ulang sampah plastik, daun, dan kertas bekas dalam ajang fashion show. Gelaran ini merupakan rangkaian classmeeting yang digelar SMP 2 Kaliwungu, Kudus, beberapa waktu lalu.

Ditemui Joglo Jateng, Kepala SMP 2 Kaliwungu, Fitriani menjelaskan, fashion show busana daur ulang sampah di classmeeting ini bukan hanya sekadar panggung untuk memamerkan kreativitas siswa. Tetapi juga wadah untuk mengajarkan mereka tentang pentingnya daur ulang dan upaya mengurangi limbah.

“Para peserta belajar cara mengidentifikasi, memilih, dan mengolah bahan-bahan bekas menjadi karya fashion yang menakjubkan. Proses ini tidak hanya mengasah keterampilan desain, tetapi juga menciptakan kesadaran lingkungan yang mendalam,” jelasnya.

Fitriani mengapresiasi para siswa yang telah berusaha menampilkan hasil kreasi terbaiknya dengan maksimal. Menurutnya, busana para siswa yang ditampilkan diluar dugaannya. Ia bahkan tidak sempat mengira anak SMP bisa berkarya sebagus itu.

“Mulai saat kami beritahu anak-anak kalau ada lomba fashion show ini, mereka sangat antusias. Bahkan, proses pembuatan busana mereka pun sampai lembur di sekolahan sehingga pulang sore,” ungkapnya.

Melalui acara ini, generasi muda Indonesia diajak untuk menjadi agen perubahan dalam mengatasi tantangan lingkungan. Mereka belajar bahwa kreativitas mereka dapat memberikan kontribusi nyata dalam mengurangi limbah dan menciptakan mode berkelanjutan.

“Dalam lingkungan pendidikan yang mendukung dan memberi kebebasan untuk berekspresi, siswa-siswa ini mengubah pandangan mereka tentang sampah menjadi bahan berharga untuk penciptaan seni,” ungkapnya.

Sementara itu, Waka Kesiswaan, menambahkan, pelaksanaan classmeeting ini merupakan ajang siswa menampilkan bakat dan jiwa kompetisinya. Mereka, kata dia, tentunya memiliki bakat masing-masing yang harus digali oleh sekolah.

“Kalau saat ini kami berusaha memberikan lomba yang membuat siswa tertarik. Tidak hanya itu, mereka juga antusias dalam lomba dengan berkreasi dan berinovasi dengan hal baru,” imbuhnya.

Menurutnya, hingga saat ini masalah yang masih sering dihadapi adalah masalah sampah. Bahkan tidak hanya di sekolah, namun di semua elemen masyarakat sampah masih menjadi momok mengerikan yang harus ditangani bersama.

“Masalah kami yang utama adalah masalah sampah sebenarnya. Untuk sampah anorganik sampah plastik, kami gunakan barang bermanfaat salah satunya adalah ecobrik, baju seperti anak anak yang dipakai sekarang ini,” jelasnya. (cr8/fat)