KUDUS, Joglo Jateng – Kesadaran masyarakat terhadap pengolahan sampah di Kabupaten Kudus disebut sudah mulai membaik. Seperti halnya Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Tunjung Seto Desa Bae, Kecamatan Bae, yang bisa mengolah sampah organik dan anorganik menjadi barang bernilai jual tinggi.
BUMDes tersebut sudah mandiri dalam mengolah sampah organik menjadi magot dan pupuk lalat black soldier fly (BSF). Sedangkan anorganik mendaur ulang sampah menjadi tabungan. Pasalnya, usaha ini mampu mengurangi sampah di tempat pembuangan akhir (TPA).
Kepala Desa Bae, Agung Budiyanto memberikan dukungan dalam bentuk pendampingan dan penyertaan modal sebanyak Rp 80 juta guna keperluan BUMDes. Ia berharap agar usaha ini tetap eksis dan lebih maju.
“Setelah merintis BUMDes kita sudah berkomitmen untuk pengolahan sampah. Kami support mereka berupa penyertaan modal Rp 80 juta untuk kebutuhan. Saya rasa perkembangan BUMDes disini sudah cukup baik. Sudah ada pemasukan ke kas desa sekitar Rp 4 juta. Jadi, keberadaan BUMDes sangat membantu PAD desa,” tuturnya.
Sementara Direktur BUMDes Tunjung Seto, Muhammad Anshori menjelaskan, pengolahan sampah sudah memberikan banyak manfaat untuk masyarakat. Dia mampu mengolah sampah organik dan anorganik menjadi barang bernilai jual. Sampah organik sebagian digunakan untuk membuat eco enzim. Lalu sebagian lagi diolah untuk budidaya magot.
“Budidaya magot ini masih sekala uji coba. Proses pembuatannya bersiklus dari telur, mau jadi magot, magot, pupa, menjadi lalat. Hal itu berjalan kurang lebih 1.5 bulan. Proses pembuatannya cukup cepat dalam mengurai sampah. Selain bisa menghasilkan kompos bekas magot tahap akhir juga menghasilkan magot untuk pakan hewan,” jelasnya belum lama ini.
Sedangkan sampah anorganik, konsepnya menyediakan bank sampah untuk tabungan sampah. Sampah tersebut dipilah untuk dijual lagi. Hal itu membangkitkan semangat masyarakat untuk menabung sampah setiap harinya. Nasabah bisa datang di posko menabung dan menerima uang.
“Kami sudah kerja sama dengan pihak ketiga untuk mendaur ulang sampah. Jadi, ada timbal balik untuk masyarakat dalam menabung sampah. Kemudian, sampah yang sudah tidak bisa digunakan akan dibuang ke TPA. Setidaknya bisa mengurangi penyetoran sampah ke TPA,” ungkapnya.
Dia berharap pengelolaan sampah ini bisa membantu menyelesaikan sampah secara mandiri. Selain itu bisa dijadikan contoh oleh desa lain agar mau menyelesaikan sampah di desa-desanya. (cr3/fat)