Kudus  

Dispertan Kudus Siapkan Strategi Hadapi Potensi Krisis Pangan

REMBUG: Dispertan Kudus melakukan musyawarah dengan kelompok tani yang ada di Desa Kesambi terkait fasilitasi dan dorongan perluasan areal tanam beberapa waktu lalu. (DYAH NURMAYA SARI/JOGLO JATENG)

KUDUS, Joglo Jateng – Dalam menghadapi potensi krisis pangan, Dinas Pertanian dan Pangan (Dispertan) Kabupaten Kudus telah menyusun strategi untuk menjaga stok pangan, terutama beras. Salah satu langkah yang dilakukan adalah dengan memperluas areal tanam dan meningkatkan indeks pertanaman. Hal ini guna mengantisipasi kelangkaan pangan.

Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Perkebunan Dispertan Kudus, Agus Setiawan mengungkapkan, produsen beras sudah memberikan ultimatum untuk tidak menjual beras dalam situasi krisis pangan. Oleh karena itu, strategi perluasan areal tanam menjadi sangat penting.

“Salah satu program kami adalah percepatan tanam dengan memanfaatkan sisa air atau air yang tidak bisa dialirkan melalui irigasi permukaan. Namun dapat dimanfaatkan dengan pompanisasi,” jelas Agus belum lama ini.

Baca juga:  Dispertan Kudus Pastikan Percepatan Tanam di Undaan dengan Pompanisasi

Dispertan Kudus telah memfasilitasi kelompok tani dengan bantuan pompa air. Baik melalui skema bantuan langsung maupun pinjam pakai. Hal ini memungkinkan petani untuk memanfaatkan lahan yang berpotensi ditanami padi, meski kondisi air terbatas.

Tahun ini, target tanam di Kudus mencapai 2.628 hektare. Namun realisasinya telah melebihi target dengan mencapai 4.242 hektare yang tersebar di lima kecamatan, Yaitu Kaliwungu, Jati, Undaan, Mejobo, dan Jekulo.

Saat ini, di musim tanam ketiga, lahan di Kecamatan Kaliwungu, Jati, Jekulo, dan Mejobo masih bisa ditanami. Namun, di Kecamatan Undaan, tidak ada penanaman padi untuk musim tanam ketiga.

Baca juga:  Dorong Kreativitas dan Jaga Kekompakan

Ia menambahkan, di wilayah dengan kondisi air yang cukup, program percepatan tanam dapat mendorong petani untuk menanam hingga dua kali dalam setahun, bahkan di beberapa wilayah yang sebelumnya tidak menanam padi bisa dilakukan satu kali tanam.

Meski demikian, lebih lanjut ia menekankan pentingnya mempertimbangkan kondisi sumber daya manusia (SDM) dan ketersediaan air. Terutama di Kecamatan Gebog dan Dawe yang memiliki ketinggian lebih tinggi dan pasokan air yang lebih rendah.

“Kami tidak memaksakan penanaman padi di wilayah-wilayah dengan keterbatasan air. Jika air mencukupi, kami akan tetap mendorong pemanfaatan pompa air. Kami juga terus berkoordinasi terkait debit air dari Logung, agar dapat dimanfaatkan seefektif mungkin oleh para petani,” ungkapnya. (cr3/fat)

Pemdes Ngembalrejo