Gandeng Pakar Ajarkan Warga Pembuatan Ecobric

Dra. Eko Gustini Wardani Pramukawati
PAPARAN: Dra. Eko Gustini Wardani Pramukawati saat menjelaskan cara membuat ecobric di depan warga dan mahasiswa KKN UIN Walisongo, Selasa (16/02). (NANANG / JOGLO JATENG)

SEMARANG – Pengelolaan sampah di Indonesia menjadi satu persoalan yang selalu menimbulkan kegelisahan oleh berbagai kalangan. Penumpukan sampah yang tak terkendali akan mendatangkan berbagai macam kerugian, mulai dari polusi lingkungan hingga bencana alam.

Aksi nyata dari berbagai kalangan bermunculan untuk mengatasi berbagai masalah tersebut. Diantaranya adalah Ecobric, yaitu pemanfaatan sampah plastik dengan menjadikannya sebagai kerajinan tangan.

Salah satu kalangan yang melakukan itu adalah sekelompok mahasiswa KKN MIT DR UIN Walisongo Semarang. Mereka melakukan pelatihan pemanfaatan sampah plastik (Ecobrick) yang bisa dipergunakan sebagai kerajinan yang ramah lingkungan bersama warga Desa Branjang, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang, pada Selasa, (16/02).

Baca juga:  Hijaukan Desa, Mahasiswa KKN UIN Walisongo Lakukan Aksi Tanam Pohon Bersama Masyarakat

Kegiatan tersebut dilakukan pada pagi hingga siang hari dengan mengundang pembicara Dra. Eko Gustini Wardani Pramukawati. Mahasiswa KKN juga mengundang pemuda dan warga setempat untuk mengikuti pelatihan tersebut.

Dra. Eko Gustini Wardani Pramukawati dalam paparannya menyampaikan bahwa ecobrick merupakan cara mendaur-ulang sampah plastik menjadi benda yang bernilai positif bagi lingkungan. Sampah plastik adalah jenis sampah yang tidak mudah hancur, sehingga akan lebih baik jika sampah tersebut dapat digunakan untuk membuat sesuatu yang lebih bermanfaat.

“Ecobrick itu salah satu cara yang paling mudah dan murah untuk membuat kerajinan. Hanya berbahan plastik kering dan bersih setelah itu dipotong-potong dan dimasukkan kedalam botol dengan kepadatan minimal 0,33 volume botol. Kalau botol 600 ml berarti minimal 220 ml dan kalau botol 300 ml minimal 110 dan sebagainya,” kata Dra. Eko Gustini Wardani.

Baca juga:  Mahasiswa KKN UIN Walisongo Gelar Workshop Digital Marketing untuk Perluas Pemasaran UMKM

Ia menambahkan, agar terlihat rapi cukup menggunakan botol yang berwarna atau di warnai sesuai selera. Proses pemadatan harus menggunakan kayu yang tumpul karena jika menggunakan bahan logam atau kaca bisa merusak plastik dan tergantung bagaimana proses penekanannya.

“Saran dari saya untuk adik-adik KKN dan warga Desa Branjang ini yaitu ayok kita kelola sendiri sampah plastik yang kita konsumsi. Tujuannya agar tidak terjadi kerusakan lingkungan akibat limbah plastik yang susah hancur. Saya sendiri menekuni Ecobrick ini dari tahun  2017,” ungkapnya.

Sementara itu, salah satu warga Desa Branjang, Sriana mengungkapkan rasa terimakasihnya karena telah diikutsertakan dalam kegiatan tersebut. Ia mengapresiasi apa yang telah dilakukan oleh mahasiswa KKN dan berharap bisa melanjutkan pembuatan Ecobrick saat mahasiswa KKN selesai dalam pengabdiannya.

Baca juga:  Mahasiswa KKN UIN Walisongo Adakan Edukasi Lingkungan melalui Penanaman Biopori di Desa Karanganyar

“Program kerjanya dalam pelatihan ini bagus dan cukup menginspirasi warga, harapannya nanti setelah mahasiswa selesai KKN warga bisa melanjutkan pembuatan Ecobrick ini dan bisa mengisi waktu luang ketika dirumah” ujarnya. (cr2/fat)