Oleh: Puji Rahayu, S.Pd.I.
Guru PAI SDN Sidamulya 01, Kec. Warureja, Kab.Tegal
PEMBELAJARAN Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah dasar hendaknya menggunakan strategi, pendekatan, metode, media, dan teknik yang banyak melibatkan siswa. Peserta didik diarahkan untuk mengamati, menebak, berbuat, mencoba, mampu menjawab pertanyaan, dan kalau mungkin mendebat. Prinsip belajar aktif inilah yang diharapkan dapat menjadi proses pembelajaran PAI yang aktif, kreatif dan menyenangkan. Model mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi cara belajar siswa. Siswa yang kurang bersemangat dan cepat bosan dengan pelajaran berakibat pada kemalasan belajar.
Faktanya, kegiatan belajar PAI cenderung berlangsung monoton, konvensional, dan sentralistik. Siswa pasif dan hanya dijadikan objek tanpa terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Seperti halnya yang terjadi pada siswa SD Negeri Sidamulya 01 Kec. Warureja Kab. Tegal. Hasil belajar siswa pada materi menyebutkan asmaul husna cenderung rendah dan tidak mengalami ketuntasan klasikal yang diinginkan. Penyebabnya dikarenakan guru yang hanya menggunakan metode ceramah dan tidak menggunakan alat peraga.
Guru hanya menuliskan asmaul husna dan siswa mencatat dibuku kemudian diminta untuk menghafalkan. Hasilnya, sebagian besar siswa tidak dapat mengingat dan menyebutkan asmaul husna dengan lancar. Maka untuk meningkatkan penguasaan materi tersebut guru menggunakan metode “Delicap”, yaitu de (dengar), li (tulis), dan cap (ucap). Dalam pembelajaran dengan metode ini, siswa akan dibimbing untuk mendengarkan apa yang dibacakan guru. Kemudian menulis di buku catatan apa yang didengar untuk selanjutnya diucapkan sesuai dengan cara membaca yang dicontohkan guru.
Model pembelajaran “Delicap” merupakan pembelajaran tingkat awal atau pertama pada model pembelajaran mendengarkan. Model pembelajaran menjadi langkah awal sebagai dasar-dasar untuk pembelajaran selanjutnya. Yakni “dengar tirukan, dengar kerjakan, dengar tulis dan dengar rangkum”. Penilaian dalam model pembelajaran ini dititikberatkan pada lafal dan intonasi.
Penggunaan metode “Delicap” akan lebih efektif apabila didukung dengan media sebagai alat bantu pembelajaran. Pemilihan media harus sesuai dengan kemampuan dan karakteristik siswa. Penggunaan alat bantu media pembelajaran diharapkan mampu membantu proses belajar mengajar. Seperti yang dikemukakakan Hamalik (dalam Arsyad, 2017:15), bahwa pemakaian media dalam proses pembelajaran dapat membangkitkan keinginan, minat, motivasi, rangsangan belajar, bahkan membawa pengaruh psikologis siswa.
Media audio merupakan alat bantu yang dikaitkan dengan indra pendengaran. Guru dapat memperdengarkan audio berisi bacaan asmaul husna agar siswa lebih tertarik untuk menyimak. Media ini membantu para siswa agar dapat berfikir dengan baik, menumbuhkan daya ingat serta mempertajam pendengaran.
Adapun langkah pembelajaran menggunakan metode delicap diawali dengan menyampaikan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar. Kemudian guru mengucapkan asmaul husna dengan intonasi yang jelas. Setelah siswa mendengar ucapan dari guru kemudian mengingatnya, guru meminta siswa menulis pada buku masing-masing. Selanjutnya, guru menyuruh seluruh siswa bersama-sama mengulang ucapan atau kata-kata yang baru saja diucapkan guru.
Setelah itu, guru menunjuk salah satu siswa mengulang ucapan atau kata-kata yang baru saja diucapkan guru, dilanjutkan dengan siswa yang lain. Guru mengulangi lagi dengan ucapan kata-kata atau kalimat yang lain, demikian seterusnya sampai seluruh siswa mendengar, menuliskan, lalu maju mengulang ucapan dari guru.
Penggunaan metode “Delicap” dalam pembelajaran dapat mendorong tumbuhnya rasa senang siswa terhadap pelajaran dan memfasilitasi siswa dalam belajar. Di samping itu juga menumbuhkan dan meningkatkan motivasi dalam mengerjakan tugas, serta memberikan kemudahan bagi siswa untuk memahami pelajaran. Dengan demikian, metode tersebut memungkinkan siswa mencapai keterampilan berbicara yang baik dan benar. (*)