Studio Edukasi Sampah Plumbungan Ajak Pilah Sampah Sejak dari Rumah

pelatihan membuat tas dari plastik bekas minuman saset
DAUR ULANG: Ibu-ibu rumah tangga Plumbungan sedang mengikuti pelatihan membuat tas dari plastik bekas minuman saset, Rabu (9/8). (JANIKA IRAWAN/JOGLO JOGJA)

BANTUL, Joglo Jogja – Studio Edukasi Sampah Plumbungan tekankan kesadaran memilih sampah sejak dari rumah. Dengan memisahkan sampah organik dan anorganik yang diolah kembali menjadi produk kerajinan dan pupuk pertanian.

Ketua Studio Edukasi Sampah Plumbungan, Tuminah yang lebih dikenal Mirna Dewi mengatakan, ibu-ibu rumah tangga setempat memiliki berbagai program. Seperti bank sampah, sekolah edukasi sampah dan pelatihan mengolah sampah.

“Soal kreatifitas itu nilai plus. Yang saya atau kami tekankan adalah memilih sampah sejak dari rumah. Agar nantinya sampah-sampah itu bisa diolah menjadi berbagai produk,” ujarnya.

Pihaknya melanjutkan, untuk bank sampah warga-warga sekitar menyetorkan sampah di tempat penampung yang telah disediakan. Sedangkan, sekolah edukasi banyak dihadiri mahasiswa dan orang yang datang langsung.

Kemudian, untuk pelatihan sendiri juga rutin dilakukan, dengan peserta ibu-ibu RT. Serta telah menghasilkan bermacam-macam produk, diantaranya kerajinan dari sampah plastik berupa tas, bunga, dan bahan bakar minyak (BBM).

Sedangkan, untuk sampah-sampah organik diolah menjadi berbagai macam pupuk pertanian. Misalnya kompos atau pupuk padat dan pupuk cair organik (POC). Selain itu, adapula produk berupa sabun dan lilin yang dihasilkan dari olahan minyak jelantah.

“Pelatihan ini penekanannya, yaitu bukan pada hasil produk yang bernilai ekonomis. Melainkan, memilah sampah dari rumah, itu yang terpenting dan kami tekankan,” tegasnya.

Menurutnya, meskipun di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) khususnya Bantul mengalami krisis sampah dan tempat pembuangan akhir (TPA) Piyungan ditutup, tidak menjadi dampak di tempatnya. Lantaran, pihaknya memiliki konsep yang tersistem, sehingga bisa diolah menjadi berbagai produk.

“Permasalahannya ada pada sampah yang tercampur. Oleh karena itu, kedisiplinan membedakan sampah organik dan anorganik harus dilakukan. Makanya, kegiatan di studio memberikan kesenangan tersendiri. Karena, mengasah kreatifitas dalam menciptakan produk bernilai ekonomis dan berkontribusi terhadap lingkungan,” pungkasnya.

Sementara itu, salah satu peserta yang aktif ikut pelatihan, Yanti sangat tertarik mengikuti pelatihan tersebut. Lantaran, setelah melihat ada nilai positif dari barang yang selama ini selalu dipandang negatif.

“Saya itu berprofesi sebagai penjahit, namun melihat kegiatan di studio sampah, saya ikut tertarik. Saya sangat senang bisa berlatih membuat produk kerajinan dari sampah ini,” ucapnya.(cr13/sam)