Mengejar Hirarki Tinggi dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila

Oleh: Setyo Nugroho, S.Pd., M.Pd.
Guru Biologi SMA N 1 Demak

PELAKSANAAN Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila di sekolah menjadi barometer akademik menguji ketercapaian kolaborasi lintas displin ilmu yang memberikan pembelajaran bermakna bagi peserta didik. Menurut KHD, peserta didik diberikan tidak hanya mengkompilasi pengetahuan saja. Tetapi dapat memberikan solusi baru bagi permasalahan kehidupan sehari-hari.

Melalui perencanaan yang matang, harapannya peserta didik dapat menemukenali potensi dirinya dan dapat bekerja sama dengan orang lain untuk memberikan kebaruan bagi sebuah permasalahan. Kerennya, lebih high oriented dalam memastikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

Di beberapa fakta dan pengalaman, ditemukan pelaksanaan Projek Pengutatan Profil Pelajar Pancasila (P5) masih kurang dapat meningkatkan sistem bekerja peserta didik lebih dari sekedar mengkonfirmasi sebuah konsep pengetahuan. Belum sepenuhnya peserta didik diajak untuk lebih meningkatkan kualitas berfikir holistiknya.

Misalnya dalam pemilihan project kegiatan dalam tema yang sudah ditentukan belum difasiltasi agar peserta didik dapat menciptakan kreasi produk untuk solusi sebuah permasalahan. Dimensi bertindak sudah terbentuk, tetapi bagaimana peserta didik dapat memberikan hal yang baru dan inovatif.

Baca juga:  Menjadi Pemenang untuk Pembelajaran Biologi yang Hebat dan Menghebatkan

Sumber kegiatan dapat menjadi inquiry project peserta didik menemukan sendiri. Tentunya hal ini menyesuaiakan potensi peserta didik dengan pembelajaran diferensisasi. Khususnya sesuai kodrat alam dan zaman peserta didik.

Salah satu yang dikembangkan menumbuhkan kebaruan dalam tingkat berfikir dan menemuakan sendiri proses create ini di antaranya dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya untuk mengembangkan diri. Banyak hal yang dapat menjadi pendorong bagi peserta didik dalam lingkup intrakurikuler. Melalui capaian pembelajaran dengan intregasi di modul ajar, siswa sudah dibiasakan mampu berfikir kritis dan mampu memberikan kebaruan tingkat tinggi.

Beberapa pendekatan dengan model pembelajaran yang katalis klinis akademis sungguh bisa menjadi habitus baru bagi terwujudnya peserta didik dengan harapan Profil Pelajar Pancasila. Beberapa hal yang dapat dicoba untuk menggerakan kebaruan ini di antaranya perkuat literasi befikir peserta didik, lalu kenalkan jurnal penelitian sejak dini.

Baca juga:  Ekosistem Berkarakter Lingkungan Berdaya dan Bergerak untuk Meningkatkan Well Being

Semua cara berfikir peserta didik bukan berdasarkan asumsi. Tetapi bagaimana peserta didik kita ajak berfikir kritis berdasarkan pendekatan riset (approach scientific) dan pengalaman empiris. Di samping itu pengalaman pembelajaran berbasis data, terbiasa membaca data, dan tabel untuk dapat menyimpulkan suatu konsep yang dapat dikembangkan. Sehingga dengan sintaks ini, habitus golden learning akan tercipta. Maka implementasi P5 harus benar-benar memberikan pengalaman kontekstual sesuai dengan tema yang diambil.

Ini semakin menandaskan bahwa P5 itu berbasis tema dengan kolaborasi dimensi yang diinginkan. Bukan P5 berdasarkan intrakurikuler dengan capaian pembelajaran yang sudah ditentukan. Tetapi justru menjadi best practice P5 yang kuat sehingga di satuan pendidikan dapat menjadi role model P5 yang benar-benar memberikan karakteristik yang kuat untuk tujuan esensi yaitu peserta didik yang dapat kompeten sesui dengan Profil Pelajar Pancasila. Inilah harapan penguatan karakter yang karakateristik sesuai dengan tujuan munculnya P5 sebagai core-nya pembelajaran Kurikulum Merdeka.

Baca juga:  Ekosistem Berkarakter Lingkungan Berdaya dan Bergerak untuk Meningkatkan Well Being

Desain P5 menjadi bagian penting untuk memberikan perubahan berfikir bertindak dengan akselerasi yang tinggi. Semoga kedepan pelaksanaan P5 akan memberikan touch akademis yang real untuk menunjukan inilah jati dirinya pendidikan kita, yakni pendidikan hakiki. Selanjutnya pendidikan yang berkelanjutan, dan pendidikan yang dapat memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi pengembangan potensi jiwa potensi berkreasi peserta didik. Ini menjadi tugas mulia seorang guru untuk dapat menghantarkan muridnya menuju gerbang keemasan sesuai dengan jati diri peserta didik. (*)