SLEMAN, Joglo Jogja – Dinas Kesehatan (Dinkes) Sleman menargetkan sebanyak 149.821 anak berusia 0-7 tahun mendapatkan vaksinasi polio. Kebijakan itu, dilakukan sebagai dampak ditetapkannya Klaten sebagai wilayah Kejadian Luar Biasa (KLB) Polio oleh Pemerintah Pusat.
Kepala Dinkes Sleman Cahya Purnama mengatakan, Kabupaten Sleman masuk sebagai wilayah respons KLB polio yang terjadi di Klaten, di karenakan letaknya saling berbatasan. Oleh karena itu, akan dilakukan vaksinasi massal polio terhadap anak usia 0-7 tahun di seluruh kapanewon di Bumi Sembada.
“Vaksinasi rencananya untuk anak di Kabupaten Sleman. Sedang untuk daerah lain di DIY belum ada, karena memang Sleman langsung berbatasan dengan Manisrenggo sehingga dilakukan imunisasi,” terangnya di Sleman.
Cahya memaparkan, rencananya vaksinasi akan dilakukan dua kali. Vaksin pertama dilaksanakan 15-20 Januari 2024 dan booster diberikan pada 19-24 Februari 2024.
“Vaksin diberikan anak usia 0-7 tahun dan tidak memandang status vaksinasi anak bersangkutan, karena tetap diberikan meski sudah pernah divaksin. Untuk jenisnya Novel Oral Poliomyelitis Vaccine Type 2 (nOPV2), nanti vaksinasinya dilakukan dengan cara tetes,” jelasnya.
Disinggung mengenai ketersediaan Tenaga Kesehatan dalam pelaksanaan vaksinasi, Cahya mengaku tidak ada masalah, karena mendapatkan bantuan dari kader Kesehatan, Ikatan Dokter Indonesia dan Ikatan Bidan Indonesia. Untuk pelaksanaan dilakukan di tempat-tempat biasa imunisasi, puskesmas, posyandu.
“Imunisasi juga dilaksankaan ke sekolah mulai dari SD, madrasah dan ke TK-TK,” ungkapnya.
Lebih lanjut ia menambahkan, untuk pelaksanaan vaksinasi di setiap puskesmas akan ada satu dokter yang bertugas sebagai pengawas. “Ya kalau ada masalah atau perlu dikonsultasikan maka akan ditangani oleh dokter pengawas ini,” imbuhnya.
Pasalnya, untuk kasus polio, pihaknya memastikan di Sleman tidak ada temuan kasus. Menurutnya, secara kasus, Sleman sudah masuk eradikasi polio sejak 2007 lalu.
“Vaksinasi massal ini dilakukan untuk pencegahan setelah ditemukan kasus polio di Manisrenggo, Klaten,” tuturnya.
Hal serupa disampaikan Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Sleman Khamidah Yuliati. Ia menambahkan, sejak tahun 2007 kabupaten Sleman sudah bebas dari polio. Hanya saja, untuk sertifikat eradikasi dari Kemenkes RI baru dikeluarkan pada tahun 2014. “Sehingga untuk kasus polio di Sleman sampai saat ini tidak ada,” tegasnya.
Sementara itu, diberitakan sebelumnya, Wakil Ketua DPRD Sleman, Arif Kurniawan berharap kepada pemkab melalui dinas Kesehatan terus siaga dan wasapada terhadap potensi penyebaran penyakit polio. Keberadaan kasus di Manirenggo, Klaten yang berbatasan dengan wilayah Sleman harus dijadikan pembelajaran, sehingga tidak kecolongan alias terdapat kasus di Bumi Sembada.
“Harus ada Tindakan nyata untuk mengantisipasinya karena teknologi Kesehatan sudah sangat maju sehingga penyebaran polio bisa diantisipasi dengan baik,” demikian kata dia. (bam/all)