Dinkes Sleman Temukan 56 Kasus DBD, Warga Diminta Waspada

PENANGANAN: Seorang petugas sedang Melakukan fogging sebagai upaya pengendalian penularan DBD, beberapa waktu lalu. (ANTARA/JOGLO JOGJA)

SLEMAN, Joglo Jogja – Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) menjadi kewaspadaan dan perhatian serius dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sleman. Sejak awal Januari hingga kini, berdasarkan laporan terdapat puluhan kasus ditemukan.

Kepala Dinkes Sleman Cahya Purnama menyampaikan, jumlah demam berdarah mencapai 56 kasus. Sedangkan yang diagnosanya tegak sebagai kasus DBD ada 21 kasus. “Semua pasien berhasil sembuh dan tidak ada yang meninggal dunia,” terangnya.

Menindak hal itu, masyarakat diminta meningkatkan kewaspadaan dengan melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Selain itu, warga diimbau terus menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

“Kasus ini hampir merata di seluruh kapanewon. Tertinggi di Kapanewon Ngemplak, terutama di Kalurahan Sindumartani. Ini sudah dilakukan PSN oleh kelompok kerja operasional (Pokjanal) kabupaten, bersama pokjanal kapanewon, termasuk Puskesmas Ngemplak 1,” ungkapnya.

Cahya menambahkan, kasus DB lebih ringan dibanding DBD. “Sebab, pada kasus DB belum ditemukan ada tanda-tanda atau gejala perdarahan. Serta tidak ada pengentalan darah atau hemokonsentrasi,” jelasnya.

Sementara itu, Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, Dinkes Sleman Khamidah Yuliati menyampaikan, edukasi dan antisipasi mencegah DBD terus dilakukan. Baik di tingkat puskesmas maupun dinas melalui promosi kesehatan (Promokes), supaya diteruskan kepada masyarakat.

“Selain itu, juga melakukan PSN secara rutin dan periodik oleh setiap rumah satu juru pemantau jentik (Jumantik),” katanya.

Menurutnya, kewaspadaan sangat perlu ditingkatkan, pasalnya musim hujan dan panas tidak menentu. Maka masyarakat diminta mengecek tempat perkembangbiakan nyamuk di sekitar lingkungan rumah masing-masing.

“Barang di sekitar rumah dan pekarangan yang dapat menampung air hujan agar segera ditumpahkan. Sehingga tidak ada lagi telur nyamuk aedes aegypty. Dengan begitu telur tidak sempat berkembang menjadi larva dan nyamuk baru, maka mampu menekan. Serta tetap menerapkan budaya PHBS,” tandasnya.(bam/sam)