SEMARANG, Joglo Jateng – Perpustakaan Daerah (Perpusda) Jawa Tengah (Jateng) pamerkan naskah kuno Babad Dipanegara KBG 282 yang usianya hampir mencapai dua abad. Naskah kuno tersebut, berada di lantai dua bangunan baru Perpusda Jateng.
Dalam sebuah meja pameran dari kayu yang dilengkapi kaca penutup, terdapat buku tebal berbahasa Arab Pegon Jawa dengan kertas berwarna agak kekuningan. Penanda bahwa usianya sudah lama.
Naskah ini merupakan salinan pertama dari naskah asli karya Pangeran Dipanegara yang ditulis antara 20 Mei 1831-5 Februai 1832. Disebutkan juga bahwa ada empat bagian pembahasan yang tertera dalam naskah tersebut.
Pertama, sejarah Jawa di masa Majapahit-Mataram. Kedua sejarah Matraram sampai pembagian Jawa melalui Perjanjian Giyanti. Kemudian, perjalanan hidup Pangeran Diponegoro sejak lahir. Terakhir, perjalanan Perang Dipanegara sampai pengasinganya.
“Naskah ini sebenarnya milik koleksi Perpustakaan Nasional RI. Kemudian, ini salinannya dihibah kepada Perpustakaan Provinsi Jawa Tengah,” ucap Pustakawan Perpusda Jateng yang juga merupakan Dosen Filologi, Ilmu Tentang Pernaskahan Satra Jawa Universitas Negeri Semarang (Unnes), Yusro Edi Nugroho, saat ditemui Joglo Jateng, belum lama ini.
Menurut Edi, naskah babat Diponegara memiliki banyak macamnya atau tidak hanya satu ini saja. Mulai bertuliskan dengan aksara jawa hingga aksara pegon atau arab berbahasa Jawa.
“Ada yang ditulis dengan Aksara Jawa, ini yang istimewa ditulis dengan Aksara Pegon, Aksara Pegon itu artinya aksaranya Arab tetapi bahasanya Jawa, jadi ada kayak kharokat-kharokat tambahan,” jelasnya.
Selain naskah Babad Dipanegara tersebut, terdapat juga naskah kuno lain seperti Panji Dewa Kusuma Kembar (1865), Babad Demak (1872), Al Qur’an bertulistangan milik Pondok Al Ishlah Tembiring, Demak dan masih banyak lainnya.
“Semua naskah-naskah Jawa itu marak ditukia di waktu setelah Perang Dipanegara, setelah 1830-an,” imbuh Yusro.
Kabarnya, naskah-naskah kuno ini bakal di lakukan translitasi dan dialihmediakan sehingga bisa dibuka berbentuk digital.
Sementara itu, Pustakawan Perpusda Jateng, Ahmad Budi Wahyoni menyampaikan, Perpusda Jateng mempunyai koleksi 7 judul naskah kuno. Meskipun itu bukan salinan aslinya, replika tersebut kabarnya disalin sama persis sesuai dengan bentuk aslinya baik tulisan hingga ukurannya.
“Untuk yang replika kita pajang untuk kepentingan galeri ini, ada 4 replika yang milik Perpusda Jateng dan satu milik Ponpes Al Ishlah. Naskah kuno ini cukup penting juga, bahkan masih relevan dengan kehidupan sebelumnya,” ungkapnya. (luk/adf)