LINGKARJATENG.COM, PURBALINGGA – Taman wisata Gua Lawa Purbalingga atau Golawa memiliki legenda yang berbau mistis. Kisah legenda ini sudah turun temurun dan sangat terkenal di masyarakat.
Dikutip dari goalawa.com, kisah ini bermula pada waktu Agama Islam mulai berkembang di Pulau Jawa, ada dua mubaligh yang merupakan pengikut tokoh agama bernama Ki Sutaraga dan mendapat tugas mengembangkan agama Islam dan menjaga wilayah sekitar gua, mereka adalah dua bersaudara bernama Akhmad dan Mohamad.
Dalam bertugas mengembangkan Agama Islam, Akhmad dan Mohamad menyimpang dari tugasnya. Kedua mubaligh ini justru sering masuk ke dalam gua di mana terdapat dua orang putri cantik yang bernama Endang Murdaningsih dan Endang Murdaningrum yang sedang melakukan semedi.
Akhmad dan Mohamad dibuat terpesona akan kecantikan kedua putri itu. Mereka menggoda dan merayu kedua putri cantik tersebut hingga mereka lupa akan tugas utamanya. Mereka juga sudah lupa siapa diri mereka sebenarnya yang dengan beraninya mengganggu kedua putri nan cantik jelita.
Hal ini terdengar oleh Ki Sutaraga. Maka di carilah kedua orang tersebut. Setelah bertemu, Akhmad dan Mohamad dikutuk menjadi seekor warak.
Menurut cerita para sesepuh dan alim ulama Desa Siwarak, Ki Sutaraga sendiri bernama Syekh Jambukarang. Yang dalam pengembaraannya mendapat julukan di setiap tempat yang beliau singgahi. Di Desa Siwarak sendiri beliau dijuluki Ki Sutaraga karena diyakini masyarakat , Desa Siwarak adalah tempat persinggahan terakhir Ki Sutaraga hingga beliau dimakamkan disini.
Dalam lokasi pemakaman Ki Sutaraga terdapat tiga buah makam, masing-masing adalah makam Ki Sutaraga, Makam Ki Keli atau yang dijuluki ekor penjalin dan makam Mbah Citra Wedana. Ki Keli dan Mbah Citra Wedana disebut sebagai pengikut setia dari Ki Sutaraga.
Selain terdapat petilasan yang berupa makam, beberapa sesepuh desa pernah bercerita bahwa Ki Sutaraga juga meninggalkan sebuah tarian, yang disebut Tarian Ratu Mala. Konon, tarian tersebut digunakan Ki Sutaraga dan pengikutnya untuk bersih desa dan tolak bala. Tak banyak yang tahu tentang tarian ratu mala karena tarian tersebut memang disakralkan. Tarian ini juga tidak diiringi gamelan, hanya gerakan yang diiringi kidung.
Seiring perkembangan zaman, untuk nguri uri budaya dan mengingatkan apa yang telah ditinggalkan oleh leluhur kita maka demi menambah kesenian yang ada di Desa , tarian tersebut akan dikemas lewat “Sendra Tari Ratu Mala” .Tarian tersebut dibawakan muda mudi dari Desa Siwarak supaya selalu diingat oleh generasi yang akan datang.