Demak  

Jaga Jamu Tradisional, Digendong hingga Pakai Gerobak

Nining, penjual jamu keliling di wilayah Demak
ISTIKAMAH : Nining, penjual jamu keliling di wilayah Demak Kota dengan menggunakan gerobak. (AJI YOGA / JOGLO JATENG)

DEMAK – Waktu terus berputar, zaman terus berkembang, sesuatu yang lama mulai ditinggalkan, diganti dengan hal yang baru. Namun, tidak dengan Nining, seorang penjual Jamu keliling di kawasan Demak Kota yang terus menjajakan racikannya setiap hari bagi para penggemar jamu tradisional.

Ia mengaku tetap bertahan sebagai pedagang jamu. Selain sebagai satu-satunya mata pencahariannya, juga untuk tetap menjaga kuliner minuman tradisional yang mulai ditinggalkan, diganti dengan obat-obatan atau suplemen bikinan pabrik yang instan dan mungkin bercampur dengan bahan-bahan kimiawi.

Selamat Idulfitri 2024

Nining mengisahkan, di tengah pandemi Covid-19, ia tak kenal lelah menjajakan jamu tradisional dengan gerobak kesayangannya. Dirinya mengaku telah menjajakan jamunya selama hampir 15 tahun dengan berkeliling.

Baca juga:  3 Destinasi Wisata Demak Jadi Favorit selama Libur Lebaran

“Iya sudah 15 tahun. 3 tahun pertama dulu masih digendong. Alhamdulillah, setelah itu ada rezeki untuk membeli gerobak,” tuturnya sembari menuangkan jamu, di komplek Bogarame, kemarin.

Perjalanan panjang kesetiaan Nining menjual jamu tradisional selama ini hanya menemui satu rintangan yang cukup berarti. Yaitu, di saat hujan mengguyur tanah yang ia lewati. Adanya Pandemi Covid-19 pun tak menghalangi penjualannya saat ini. Bahkan, saat banyaknya informasi bahwa jamu temulawak dapat mencegah Covid-19, saat itu ia kebanjiran orderan dari para pelanggan.

“Kalo hujan pelanggan pada di rumah jadi sepi pembeli. Adanya pandemi tidak terlalu berpengaruh sih selama ini,” terangnya.

Baca juga:  HUT ke-521, Bupati Demak Ingin Masyarakat Bangkit Pasca Bencana

Ia menuturkan, proses membuatnya mulai jam 13.00  hingga jam 14.00 kemudian didinginkan dan dijual mulai jam 16.00 sampai 20.00 malam. Berbagai varian jamu ia tawarkan. Mulai dari racikannya sendiri hingga jamu pabrikan siap dihidangkan. Ia juga tidak lupa menjelaskan tiap khasiat jamu sajiannya.

“Ada temulawak, sambiroto, daun sirih, kunyit asem, beras kencur, dan lain-lain. Alhamdulillah habis setiap hari,” ungkapnya sambil tersenyum.

Segelas jamunya yang penuh manfaat ia hargai dengan tak perlu merogoh kocek dalam-dalam. Cukup dengan Rp 2.000 bisa menikmati salah satu kuliner minuman tradisional itu. (cr3/gih)