Kurikulum Prototipe bakal Disosialisasikan

SEMANGAT: Ilustrasi siswa SD 3 Barongan terlihat antusias saat mengikuti proses pembelajaran pada uji coba PTM terbatas, beberapa waktu lalu.(MUHAMMAD ABDUL MUTTHOLIB/JOGLO JATENG)

SEMARANG, Joglo Jateng – Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Provinsi Jawa Tengah (Jateng) bakal menyosialisasikan terobosan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi terkait kurikulum prototipe. Disdikbud memperkirakan, kurikulum tersebut akan efektif pada 2024.

Sekretaris Disdikbud Jateng, Suyanta mengaku dinasnya baru merencanakan sosialisasi tersebut. Sebab, sosialisasi perlu dirancang dengan menggandeng Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP).

“Sosialisasi masih dirancang bersama LPMP mengundang kepala dinas pendidikan kabupaten/kota dan kepala sekolah. Rencananya efektif berjalan pada tahun 2024, esiensinya dari kurikulum prototipe tentang karakter. Teknisnya, dalam pembelajaran siswa sebelum masuk ke materi inti ada pengembangan karakter,” katanya saat ditemui di kantornya, Senin (10/1).

Ia mencotohkan, guru sebelum memberikan materi inti pada kurikulum diharuskan untuk memberikan pengembang karakter tentang problem solving yang ada di masyarakat. Misalnya tanggapan siswa soal isu intoleran, kata dia, para siswa kemudian berdiskusi untuk menemukan kesimpulan yang dilontarkan oleh guru.

“Itu akan dibahas di pembelajaran bukan di luar pembelajaran. Ciri lainnya adalah kompetensi. Bagaimana siswa mampu mengembangkan kompetensinya, meskipun kurikulum dulu berdasarkan konteks akademik. Sedangkan yang baru konteksnya ke passion siswa,” ujarnya.

Suyanta mengungkapkan, selama ini para siswa setelah lulus SMP, kemudian ke jenjang SMA atau SMK langsung mengambil jurusan. Padahal, menurutnya siswa seusia itu belum bisa menetukan kehidupan kedepannya. Oleh karena itu, dalam kurikulum prototipe, siswa bebas memilih pelajaran.

“Silahkan siswa mengambil kompetensinya apa. Karena anak usia itu belum menenentukan masa depannya saat ditentukan kompetisi di awal. Maka ini, siswa masih umum atau bisa lintas kompetensi. Sehingga siswa juga tahu passionnya dimana,” katanya.

Saat ditanya terkait bagaimana sekolah mengembangkan kurikulum baru itu, pihaknya siap melakukan pendampingan kepada sekolah yang akan menerapkan kurikulum prototipe.

“Kami akan terus mendampingi, bagaimana mengembangkan dan dilatih kepada sekolah. Siapa sekolah yang boleh berlatih kurikulum baru, semuanya boleh menerapkan. Tetapi yang wajib menerapkan kurikulum prototipe adalah SMA sekolah penggerak dan SMK PK (pusat keunggulan),” jelasnya.

Di sisi lain, Suyanta meminta kepada sekolah yang bukan penggerak untuk berlatih terkait kurikulum tersebut. “Bukan penggerak silahkan berlatih di sekolah penggerak. Kami mendorong untuk sosialisasi.,” ucapnya.

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 4 Kota Semarang yang menjadi salah satu sekolah penggerak di Kota Semarang, Saat dikonformasi, menyambut baik adanya kurikulum prototipe.

Kepala SMK Negeri 4 Kota Semarang Bambang Sujatmiko mengatakan, sekolahannya masih melakukan penyesuaian kurikulum yang baru. Pihaknya batuh penyesuaian karena masih ada beberapa kendala.

“Ini kurikulum kan baru berjalan tahun pertama, tentunya masih ada beberapa kendala. Karena bagaimana masih merasa nyaman dengan kurikulum yang lama. Sehingga ada perubahan dengan bergerak maju perlu adanya kemauan. Bagaimana kita update berkaitab dengan kurikulum yang sesuai dengan instruksi menteri merdeka belajar,” ujarnya saat ditemui di Gradhika Bhakti Praja.

Ia berharap, perubahan kurikulum ini bisa meningkatkan proses pembelajaran lebih baik dan bisa dilakukan secara terus menerus. Hal terpenting kurikulum baru tersebut, lanjutnya, sekolah ada kemauan untuk menjaga kebijakan tersebut.

“Apapun programnya bila tidak terjaga dan terlaksana dengan baik semua tidak akan berhasil,” ujarnya.

Sementara itu, di Kudus, Kepala Disdikpora Kudus Harjuna Widada, melalui Kasi Kurikulum Pendidikan Dasar Afri Shofianingrum mengatakan, sosialisasi diperlukan agar pelaksana di lapangan paham dengan kurikulum prototipe. Sebab, di sela-sela kesibukannya, guru diperkirakan sulit untuk beradaptasi dengan kurikulum baru.

“Beberapa waktu lalu sudah kami sosialisasikan ke guru terkait kurikulum baru ini. Karena kami rasa, akan sulit kalau tiba-tiba kurikulum ini diterapkan tanpa ada persiapan. Apalagi kalau lihat kesibukan guru-guru saat ini, pasti akan kesusahan nantinya,” kata Afri.

Dalam sosialisasi tersebut, Disdikpora mengundang perwakilan dari SD dan SMP untuk kemudian disebarluaskan ke lingkungan sekitarnya. Sehingga, kurikulum prototipe dapat dipahami oleh guru secara merata di Kudus.

“Jadi kami mengundang untuk perwakilan tingkat SMP, setiap sekolah satu. Kemudian untuk SD, kami batasi 50 orang. Kemudian kami tugaskan mereka untuk mengimbaskan. Perwakilan SMP di sekolah masing-masing, kemudian perwakilan SD di kecamatan masing-masing. Istilahnya itu pengenalan dulu kepada kurikulum baru,” paparnya.

Rencananya, penerapan kurikulum prototipe di Kudus akan dilakukan secara bertahap. Dimulai dari sekolah penggerak yang sudah dipilih, baru kemudian diteruskan ke sekolah-sekolah lainnya.

“Untuk sekarang masih belum bisa diterapkan, meski sekedar simulasi. Karena sekolah penggerak di Kudus saja masih dalam proses, belum ada kepastian. Saya kira daerah lain pun sama. Sebagian besar masih menggunakan kurikulum 13,” paparnya. (dik/abd/gih)