PERNAH terpuruk dan tinggal di musala pom bensin, seorang paruh baya bernama Sutardi kini memiliki omset hingga milyaran rupiah. Berbuat baik serta pandai dalam memanfaatkan peluang adalah kunci kesuksesannya.
Pria kelahiran Desember 1984 ini pertama kali datang ke Yogyakarta dengan kondisi tidak mempunyai apa-apa. Selain tinggal di musala pom bensin, ia juga pergi dari ibukota dengan meninggalkan beban hutang.
“Saya dulu tidur di musala pom bensin, saya juga pergi ke Jogja dengan meninggalkan hutang karena belum bayar kontrakan di Jakarta,” ungkapnya, belum lama ini.
Ia menceritakan bahwa sebelumnya pernah bekerja sebagai marketing di salah satu perusahaan ternama di Jakarta. Namun, karena perusahaan bangkrut, ia akhirnya terpaksa keluar dari perusahaan.
Meskipun sudah keluar dari perusahaan, pekerjaan sebagai petugas reservasi hotel masih terus ia upayakan. Hingga kemudian, kebetulan ada yang memaksa ingin ketemu di rumah, sedangkan ia tidak punya rumah. Akhirnya, terpaksa bilang kalau tinggal di pom bensin.
“Saya lupa nama aslinya Bu Sri atau Bu Tri. Tapi saya tidak akan pernah lupa kebaikannya tiba-tiba menelpon saya dan datang jauh-jauh ke Jogja, menemui saya dan istri di SPBU dan meminjamkan uang Rp 15 juta setelah melihat baju kami di musala. Saya sempat menolak tiga kali tapi ibu memaksa,” ucapnya mengenang.
Dengan memanfaatkan modal uang tersebut serta jaringan relasi yang ada, akhirnya ia bersama sang istri memutuskan untuk mengelola bisnis. Bisnis fashion menjadi yang dipilih karena memang ia punya kenalan pemasok brand ternama.
Dari situ, ia mulai mengikuti event fashion di mal daerah Jogja. Selama tujuh tahun menjalani bisnis fashion, ia bisa mencukupi kebutuhannya. Bahkan omzet yang ia dapat mencapai miliaran rupiah.
“Saya selalu memanfaatkan kesempatan yang ada. Hingga saat ini kita sampai bikin brand sendiri yang diberi nama Farah Button,” ujarnya. (fif/gih)