Pati  

Kerusakan Hutan Kendeng Diduga Penyebab Banjir di Pati

DAMPAK: Terlihat pengendara sedang melintasi genangan banjir di Gabus, belum lama ini. (LUTHFI MAJID/JOGLO JATENG)

PATI, Joglo Jateng – Kerusakan hutan di pegunungan Kendeng diduga menjadi pemicu banjir bandang di sejumlah Kecamatan di Pati selatan. Pasalnya, hutan sebagai resapan air hujan tak lagi berfungsi.

Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pati Martinus Budi Prasetya mengatakan, penanganan banjir perlu komitmen bersama. Baik masyarakat, pemerintah maupun dunia usaha.

“Penghijauan kawasan hutan pegunungan Kendeng harus dipikirkan betul. Kalau ingin mengurangi dampak akibat banjir harus memikirkan lagi hutan yang gundul,” ungkap dia, belum lama ini.

Martinus menambahkan, kondisi tersebut diperparah dengan peralihan hutan lindung menjadi perhutanan sosial. Karena peralihan tersebut mengakibatkan kerusakan hutan menjadi lebih banyak.

“Sebetulnya 50 persen harus tanaman keras, 30 persen tanaman buah, dan 20 persen tanaman semusim. Akan tetapi, fakta di lapangan tidak berpedoman pada peraturan itu. Namun justru didominasi oleh tanaman semusim,” imbuhnya.

Hal senada juga diungkapkan oleh Camat Tambakromo Mirza Nur Hidayat. Dia menyebut banjir yang melanda sejumlah desa di Tambakromo akibat kerusakan hutan di pegunungan Kendeng.

“Kita tahu (hutan) di pegunungan Kendeng habis. Sehingga penahan air yang ada diatas (Pegunungan Kendeng) itu sekarang tidak ada. Kalau diatas hujan deras, bisa dipastikan di bawah pasti banjir,” jelas Mirza.

Baca juga:  BPIP dan Pemkab Pati Jalin Kerja Sama Perkuat Ideologi Pancasila

Sedangkan Penjabat (Pj) Bupati Pati Henggar Budi Anggoro menyebut akan mempertahankan fungsi hutan di pegunungan Kendeng. “Kita sudah monotariom (Penundaan) untuk hutan sosial. Jadi sekarang pertahankan hutan itu,” ucapnya.

KONDISI: Salah satu rumah di Desa Sinomwidodo Kecamatan Tambakromo rusak parah akibat diterjang banjir bandang, belum lama ini.

Sementara itu, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Pati Ali Badruddin menyatakan bahwa kawasan hutan menjadi kewenangan pemerintah pusat. Sehingga, penanaman hutan kembali tidak menjadi kewenangan daerah.

“Dengan kejadian banjir ini, pemerintah (pusat) seharusnya melek mata. Kemudian tidak hanya menanam. Tapi juga menjaga. Masyarakat juga ikut membantu. Saya minta kepada Perhutani dan aparat penegak hukum untuk menindak tegas pelaku penembangan hutan,” tegasnya.

Sebagai tambahan informasi, Kawasan Pengelolaan Hutan (KPH) di Pati seluas 38.637,18 hektare. Dari luasan tersebut, hutan yang perlu rehabilitasi sejumlah 1.367,82 hektare. Sementara yang masuk dalam Kawasan Hutan dan Pengelolaan Khusus (KHDPK) atau usulan perhutanan sosial seluas 960,42 hektare.

Baca juga:  Pemkab Pati Laporkan LKPJ 2023

Sebelumnya, banjir bandang melanda sejumlah desa di Kabupaten Pati menyebabkan kerusakan skala besar. Dari mulai kerusakan infrastruktur hingga rumah warga.

Berdasarkan data BPBD Pati, banjir bandang pada Rabu Malam (30/11) melanda 22 desa di 6 Kecamatan. Meliputi Kecamatan Winong, Tambakromo, Gabus, Juwana, Jakenan dan Sukolilo.

Dari keenam kecamatan tersebut, Tambakromo dan Winong yang mengalami kerusakan dengan skala besar. Di antaranya Desa Sinomwidodo (Tambakromo), Desa Godo, Gunungpati dan Kropak (Winong).

Catatan BPBD Pati per 2 Desember 2022, rumah rusak di Desa Sinomwidodo mencapai ratusan. Meliputi 3 rumah roboh, 212 rumah rusak sedang, dan 417 rumah rusak ringan. Kemudian ditambah kerusakan 2 rumah di Dusun Tamansari Desa Godo.

Sementara akses infastruktur di antaranya 2 jembatan di Desa Kropak ambrol, 1 jalan di Desa Godo terputus akibat tergerus aliran sungai, dan 1 jembatan ambrol di Gunungpati. Selain menyebabkan kerusakan materiil, banjir bandang juga menewaskan dua warga Desa Sinomwidodo. Yakni Sumirah (65) dan Su Ami (61). Dan, 7 warga yang mengalami luka ringan.

Tak hanya korban jiwa, 21 hewan ternak warga ikut lenyap. 12 ekor kambing hanyut, 3 ekor sapi hanyut, dan 6 ekor sapi mati di kadang ternak. Sedangkan jumlah kerugian secara keseluruhan, pihak BPBD masih melakukan pendataan lebih lanjut.

Baca juga:  Kuota Jemaah Haji Pati 2024 Naik

“Kalau permukiman hampir semuanya (banjir) sudah surut. Daerah yang paling terparah Desa Sinomwidodo. Tapi untuk area persawahan belum. Fokusnya di areal manusianya dulu,” kata Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar), Martinus Budi Prasetya, belum lama ini.

Pihaknya saat ini masih fokus menangani dampak banjir bandang di sejumlah desa di Kecamatan Tambakromo. Karena, wilayah tersebut yang paling terdampak.

“Sementara ini kita fokus di Tambakromo. Karena tanggal 30 kemarin (banjir bandang) paling parah. Yang Mintobasuki, kemudian Banjarsari, Gadingrejo belum sempat monitor sepenuhnya,” ucap dia.

Sebagai tambahan informasi, 22 desa yang terdampak banjir di antaranya Desa Danyangmulyo, Padangan, Kropak, Kudur, Gunungpati, Godo (Kecamatan Winong). Desa Sinomwidodo, Angkatan Lor, Tambakromo, Karangmulyo, Karangwono, Kedalingan, Karangawen,  Tambahagung (Kecamatan Winong).

Kemudian, Desa Tanjunganum Paras (Gabus), Desa Doropayung, Kedung Pancing, Tluwah, Bumirejo (Juwana), Desa Karangrowo, Ngastorejo (Jakenan) dan Desa Kasian (Sukolilo). (lut/gih)