Jalin Kolaborasi, Promosikan Pencak Silat Anti Kekerasan

program The 7th Martial Arts Open School
BERSIAP: Para siswa tengah melakukan latihan bela diri dalam program The 7th Martial Arts Open School di Graha Bhakti Yasa Yogyakarta, belum lama ini. (HUMAS/JOGLO JATENG)

SLEMAN, Joglo Jateng – Universitas Gadjah Mada (UGM) bersama Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) dan International Centre of Martial Arts for Youth Development and Engagement (ICM) di bawah naungan UNESCO menyelenggarakan The 7th Martial Arts Open School. Kegiatan ini berlangsung selama empat bulan, mulai Juni hingga September 2023 di Yogyakarta.

Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Pengajaran UGM, Prof. Dr. Wening Udasmoro, S.S., M.Hum., DEA. menyampaikan, Martial Art Open School merupakan program pendidikan bela diri yang diperuntukan bagi remaja. Program ini telah diluncurkan pada 2017 silam oleh ICM dengan dukungan pendanaan dari UNESCO. Sementara dalam penyelenggaraan tahun ini, Martial Art Open School diikuti oleh ratusan remaja dan wanita di Nigeria, Bangladesh, Moldova, Meksiko, dan Indonesia.

“Pada tahun ini UGM dan UNY dipercaya sebagai penyelenggara Martial Art Open School di Indonesia. Ada 100 pelajar SD hingga SMA di wilayah DIY yang mengikuti kegiatan ini,” tuturnya, Kamis (13/7/23).

Wening menjelaskan, Martial Arts Open School mencakup lima seni bela diri. Termasuk seni bela diri asal Korea yang terdaftar di UNESCO, taekkyeon, dan dari indonesia, pencak silat. Program ini diharapkan dapat memberikan pemahaman terkait pencak silat sebagai olahraga beladiri bagi generasi muda agar menjadi generasi yang kuat dan tangguh.

Baca juga:  DPRD Sleman dan Lombok Barat Bahas Strategi Pariwisata untuk Tingkatkan PAD

“Program ini merupakan program bela diri pencak silat, tetapi di dalamnya ada pengayaan aspek tanpa kekerasan, gender, serta perdamaian,” ungkapnya.

Seluruh peserta program ini nantinya tidak hanya mendapatkan pelatihan pencak silat saja. Namun, juga akan diberikan pemahaman tentang anti kekerasan serta gender.

“Jadi, selain diberikan materi terkait kekuatan fisik dan jurus pencak silat, peserta juga diberikan pemahaman bahwa antara laki-laki dan perempuan memiliki kesamaan dalam olahraga bela diri. Mereka mempunyai tanggung jawab yang sama pada masyarakat menjadikan pencak silat sebagai olahraga anti kekerasan,” urainya.

Wening menyebutkan, penyelenggaraan Martial Arts Open School sejalan dengan komitmen UGM dalam mendukung pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan. Khususnya tujuan no. 4 yakni menyediakan pendidikan berkualitas. Kemudian tujuan no. 5 yaitu pencapaian kesetaraan gender dan pemberdayaan semua perempuan, serta tujuan no. 16 terkait perdamaian, keadilan, dan kelembagaan yang tangguh.

peserta The 7th Martial Arts Open School saat berfoto bersama di Graha Bhakti Yasa Yogyakarta
KOMPAK: Penyelenggara dan para peserta The 7th Martial Arts Open School saat berfoto bersama di Graha Bhakti Yasa Yogyakarta, belum lama ini.

 

Guru Besar Biomekanika Olahraga UNY, Prof. Dr. Awan Hariono, S.Pd., M.Or., menyampaikan Martial Arts Open School dilaksanakan selama empat bulan dengan aktivitas pelatihan dua kali dalam seminggu. Bertempat di Graha Bhakti Yasa Yogyakarta. Adapun program dibangun dengan kurikulum yang menggabungkan antara kebugaran dan fisik dengan aspek tanpa kekerasan berbasis gender serta perdamaian.

Baca juga:  Internetan Bebas Khawatir, Bebas Pilih, Pasti Nyaman

“Tujuannya untuk mengurangi bentuk-bentuk kekerasan yang sering terjadi di bidang olahraga. Selain itu, juga mendorong generasai muda untuk tidak melakukan kekerasan baik di jalan, peer group-nya maupun tawuran antar pelajar,” jelasnya.

Kegiatan ini didukung oleh Pengurus Daerah (Pengda) Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan tiga sekolah. Yakni SMA N 1 Ngemplak, SMP N 2 Ngemplak, dan SD N Pujokusuman.

Selain itu, melibatkan tiga guru yang merupakan mantan atlet pencak silat di DIY. Yakni Kartini, S.Pd., M.Or., Dyah Purnamasari, S.PD., M.Pd., dan Bambang Mujiono, S.Pd. Lalu, mantan atlet nasional yang mewakili Indonesia pada kejuaraan tingkat Asia Tenggara Prof. Dr. Awan Hariono, S.Pd., M.Or., dan Prof. Dr. Wening Udasmoro, S.S., M.Hum., DEA.

Berikutnya, motivator dari Prodi Bahasa dan Sastra Prancis UGM, Dr. Aprillia Firmonasari, S.S, M. Hum, DEA. Juga Dr. Wulan Tri Astuti, M.A., Dr. Merry Andriani, M.L.C.S., dan Dr. Arifah Arum Candra Hayuningsih, MA.

Sementara dalam kesempatan terpisah, Sekretaris Jenderal ICM KIM, Gyu-jig, menjelaskan Martial Arts Open School merupakan program pendidikan bela diri yang ditujukan untuk mengembangkan fisik dan emosional kelompok rentan. Seperti remaja, wanita, dan pemuda putus sekolah di Afrika dan wilayah lainnya.

Baca juga:  Kapolda DIY Pastikan Situasi Kondusif selama Pilkada

Sekolah yang diluncurkan pada tahun 2017 ini telah memiliki 2.566 penerima manfaat dari 19 negara. Di samping itu, berkontribusi dalam peningkatan kemampuan individu dan pengembangan potensi.

“Untuk program tahun ini diikuti sebanyak 650 remaja dan wanita di Nigeria, Bangladesh, Indonesia, Moldova, dan Meksiko,” terangnya.

Martial Arts Open School tahun ini akan berlangsung selama 5-16 minggu untuk setiap negara dengan lima seni bela diri. ICM menyelenggarakan program ini bekerja sama dengan institusi lokal, universitas, dan lembaga sosial masyarakat (LSM). Termasuk Pusat Kebudayaan Korea di Meksiko (Meksiko), Universitas Gajah Mada dan UNY (Indonesia), Yayasan OBHIZATRIK (Bangladesh), Stauceni Sports School (Moldova), dan iSAFE (Nigeria).

Dalam pelaksanaannya, ICM mengirimkan instruktur bela diri ke daerah-daerah dan menyediakan materi pendidikan. Selain itu, ICM juga akan meneliti dampak dari latihan bela diri terhadap status kesehatan individu. Yakni dengan melakukan tes fisik sebelum dan sesudah latihan.

“Saya berharap Martial Arts Open School akan menjadi kesempatan yang mengesankan bagi kaum muda dan wanita untuk meningkatkan kesehatan fisik dan emosional mereka,” harapannya. (hms/mg4)