KENDAL, Joglo Jateng – Mahasiswa KKN MIT-16 Wijayanaka posko 57 UIN Walisongo melakukan kunjungan ke rumah Mangsur, selaku Kepala Dusun (Kadus) Kajaan Desa Purworejo, Kecamatan Ringinarum, Kabupaten Kendal, yang juga merupakan pemilik usaha mikro kecil menengah (UMKM) peternakan ikan gurame, pada Kamis (13/7).
Mangsur mengungkapkan, keberadaan peternakan ikan gurame yang ada di Kecamatan Ringinarum masih terbilang sangat jarang, sebab pengelolaannya yang tidak begitu mudah.
“Aslinya kalau ternak ikan gurame itu susah-susah gampang mas. Makanya dari dulu sampai sekarang jarang ada yang mau membuat peternakan gurame bahkan di kecamatan Ringinarum sendiri kemungkinan nggak ada. Ya kalau ada pasti bisa dihitung,” ungkapnya kepada mahasiswa.
Mangsur mengaku, dirinya mendapat ide untuk membudidayakan gurame saat ia bersama temannya makan ikan tersebut di salah satu warung di Weleri, dan ternyata harganya mahal.
Mengetahui adanya peluang bisnis yang bisa diambil, ia pun mencari informasi lebih mendalam terkait budidaya ikan gurame dari berbagai sumber. Termasuk dari internet dan buku.
“Termasuk alasan saya memilih ikan gurame kok nggak nila, bawal, lele, atau koi itu gini mas. Gurame itu harga jualnya stabil,” imbuhnya.
Tahun 2017, Mangsur akhirnya memulai budidaya ikan gurame sambil terus belajar caranya menghasilkan ikan yang bagus dan siap panen.
Ia mencari benih ikan gurame di berbagai kota yang jaraknya lumayan jauh dari tempat kediamannya, seperti Magelang, Purbalingga, dan Banjarnegara.
Akhirnya ia menemukan pusat penjualan bibit gurame dengan harga jual paling murah, yakni di Banjarnegara. Mangsur membeli 1000 benih, yang tiap 1 benihnya dihargai Rp 2,5 ribu.
Peternakan gurame yang Mangsur kelola terletak di belakang rumahnya. Empat kolam yang ada masing-masing berukuran 9×6,8 m, 2×5,7 m, dan dua kolam berukuran 2×5 m.
Ia menjelaskan bahwa empat kolam tadi berisi ikan gurame dari berbagai kelompok umur. Pemberian jenis pakan menggunakan pur ikan juga berbeda-beda, dari ikan yang belum siap panen hingga telah siap panen.
“Kolamnya ini beda-beda, mas. Ada yang buat benih ukuran sekitar dua jari tangan sampai umur tiga bulan, enam bulan, sama yang mendekati waktu panen dan yang umur sembilan bulan ke bawah,” terang Mangsur.
Pakan diberikan dua kali sehari, tiap pagi dan sore. Sedangkan untuk fase penggemukan diberi tiga hingga 4 kali.
“Dan itu purnya udah beda lagi harganya juga beda,” tambahnya.
Mangsur mengungkapkan, ikan guramenya biasa ia panen menjelang tahun baru, karena banyak masyarakat mencarinya untuk dibuat ikan bakar. Harga perkilonya Rp 40 ribu.
Hingga kini, ia juga diminta untuk mengajarkan ilmunya membudidayakan ikan kepada beberapa warga di desanya yang juga turut memulai usaha budidaya ikan gurame.
Menurutnya, orang yang ingin beternak gurame harus mampu membantu atau menolong orang dengan sekelilingnya. Bukan melulu memikirkan tentang laba.
“Ternak ikan gurame kalau saya itu yang penting bukan untungnya mas, tapi bagaimana kita bisa membantu masyarakat dan tetangga dari beternak ikan gurame, sama satu lagi yang penting itu berkahnya mas,” pungkasnya. (farhan/mg4)