PEMALANG, Joglo Jateng – Menuju Kabupaten bebas kasus Frambusia, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pemalang menunjuk Puskesmas Kebondalem mewakili 25 puskesmas lainnya menjadi area percontohan penilaian Eradikasi Frambusia yang dilakukan oleh tim Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jawa Tengah. Harapannya, tidak ada lagi kasus penyakit kulit ini di Pemalang, dan masyarakat bisa ikut mencegah penyebarannya.
Kepala Puskesmas Kebondalem dr. Noor Faizah Maenofie menuturkan, pihaknya telah bergerak dengan mensosialisasikan Frambusia di tingkat desa dan sekolah bersama seluruh stakeholder. Dalam pelaksanaannya, dirinya memeriksa beberapa luka atau koreng di sejumlah pasien untuk memastikan penyakit tersebut termasuk Frambusia atau bukan.
“Ciri utama Frambusia mungkin sekilas mirip luka koreng pada umumnya, tapi bisa dikenali dengan rasa sakit yang ada. Karena luka Frambusia justru tidak terasa sakit, namun bernanah dan mengundang lalat kalau luka biasa pasti sakit. Biasanya terjadi pada anak-anak juga remaja di rentan usia 0-15 tahun,” terangnya.
Untuk efeknya, ia menuturkan bahwa luka bakteri Frambusia ini bersifat merusak, sebab para penderita atau pasien dapat menjadi luka kronis yang menyebabkan kecacatan tubuh. Bahkan beberapa kasus, dapat menyulitkan aktivitas dari pekerjaan hingga proses belajar pada anak.
Dalam upaya pencegahan, Novie mengatakan bahwa masyarakat cukup melakukan hidup bersih dan sehat. Dengan mencuci tangan menggunakan sabun, mencuci pakaian, mengobati luka, bila teridentifikasi Frambusia maka seluruh lingkungan yang berkontak langsung harus melakukan pemeriksaan agar kasus serupa bisa dicegah.
“Penyakit kulit itu bersifat merusak dan dapat kambuh sewaktu-waktu, tapi pencegahannya cukup mudah masyarakat hanya melakukan hidup bersih dan sehat seperti biasanya. Tetapi perlu diingat kalau terjadi luka jangan disepelekan harus segera diobati dan bila luka itu tidak kunjung sembuh langsung ke klinik atau puskesmas terdekat untuk mendapatkan penanganan medis,” ujarnya. (fan/abd)