Oleh: Susanto, S.Pd.I.
Guru PAI SDN 1 Sidorekso, Kec. Kaliwungu, Kab. Kudus
PADA dunia pendidikan, guru menempati posisi krusial. Berhasil tidaknya pendidikan turut dipengaruhi oleh kontribusi guru dalam pembelajaran. Oleh sebab itu, pengajar haruslah memiliki info yang relatif akurat tentang keterandalan suatu strategi pembelajaran yang akan dipilihnya.
Proses pendidikan yang dicoba oleh banyak pendidik saat ini lebih cenderung pada pencapaian sasaran modul kurikulum. Guru menggunakan tata cara ceramah, dimana partisipan didik hanya duduk, mencatat, serta mencermati apa yang disampaikan oleh pendidik dan sedikit kesempatan untuk partisipan didik untuk bertanya. Dengan demikian, atmosfer pendidikan jadi tak kondusif sehingga siswa jadi pasif.
Suasana belajar aktif perlu taktik dan konsepsinya menggunakan cara membentuk kiat-kiat tertentu, melalui kiprah pengajar yang kreatif. Secara lebih spesifik, terdapat beberapa manfaat pada pembelajaran menyenangkan. Yaitu penyampaian bahan ajar bisa diberikan sesuai kebutuhan usia anak-anak yang masih banyak bermain.
Proses pembelajaran demikian akan lebih kentara dan menarik. Proses pembelajaran interaktif dapat menaikkan kualitas output belajar murid, dan memungkinkan proses belajar bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja.
Perubahan pendidikan Islam secara langsung akan mempengaruhi metode belajar. Dengan adanya perubahan zaman, pembelajaran akan lebih kritis dan kreatif dan melibatkan pemecahan masalah.
Proses menciptakan produk baru seringkali merupakan proses coba-coba, dengan tujuan menciptakan produk yang efektif dan hemat biaya. Pendidik sebagai fasilitator, pembimbing, motivator, dan pendukung pembelajaran dialogis. Siswa dianggap peserta aktif, mitra belajar, dan individu yang memiliki pengalaman. Salah satunya dengan model fun learning melalui fun creative learning.
Dalam pengajaran pendidikan agama Islam yang berada pada jenjang sekolah dasar, metode pembelajaran fun learning ini merupakan metode yang menyenangkan. Metode yang menyenangkan menjadi sebuah kemudahan untuk mendidik anak usia dini karena sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangan mereka.
Metode fun learning juga bisa menciptakan suasana menyenangkan. Siswa tidak merasa terbebani dengan banyaknya materi, dan bisa diserap dengan baik dan mudah. Fun learning merupakan pembelajaran yang dirancang secara menarik sesuai minat peserta didik untuk mencapai pembelajaran yang menyenangkan.
Startegi ini merupakan langkah yang tepat menurut Meirer dalam Syahid. Arti fun dalam kalimat fun learning dimaknai sebagai mendorong minat yang menghadirkan keterlibatan penuh dalam mewujudkan makna serta pemahaman yang membahagiakan peserta didik.
Metode fun learning yaitu cara belajar mengasyikan dan menyenangkan yang berpusat pada kondisi psikologis siswa dan atmosfer lingkungan dalam melakukan proses belajar mengajar. Metode ini merupakan cara untuk menciptakan rasa cinta dan keinginan untuk belajar.
Konsep fun learning bukan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan namun tak terkontrol. Namun mengarah pada suasana pembelajaran yang diciptakan melalui desain pembelajaran yang terencana.
Adapun karakteristiknya yakni dalam proses pembelajaran akan muncul minat dan motivasi yang tinggi dalam belajar. Selain itu dalam penerapannya suasana mengajar akan dibuat senyaman mungkin untuk pembelajaran. Sehingga proses pembelajaran lebih aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
Adapun bentuk pembelajaran fun learning seperti pemberian ice breaking ketika pembelajaran yang bertujuan untuk memecahkan kebuntuan suasana. Ice breaking diupayakan melalui bernyanyi, bermain, bercerita, dan lain sebagainnya. Kemudian pemanfaatan media berbasis teknologi maupun digitalisasi.
Di era saat ini bermunculan platform pembelajaran. Seperti Kahoot, Quiziz, Edpuzzle, dan lain sebagainnya. Kemudian, pemberian pembelajaran berbasis art and craft, seperti mengerjakan worksheet, prakarya, dan lainnya.
Kesimpulannya, sekolah agar senantiasa mengembangkan terus metode fun creative learning dalam pengajaran PAI agar tidak tergerus oleh perkembangan zaman yang semakin modern. Kemudian senantiasa mengevaluasi dari kekurangan metode yang telah diajarkan kepada peserta didik. (*)