KUDUS, Joglo Jateng – Puluhan siswa kelas 6 SD 1 Tumpangkrasak nampak sumpringah memperlihatkan karya mereka, belum lama ini. Variasi gambar siswa ini merupakan hasil dari kampanye penghematan penggunaan energi listrik.
Kepala SD 1 Tumpangkrasak, Briari Indra Setiati mengungkapkan, inovasi pembelajaran berupa pengenalan kesadaran penghematan penggunaan energi listrik ini perlu diapresiasi. Sebab, kata dia, hal ini berkaitan dengan tujuan pemerintah,
“Seperti yang kita tahu kalau bumi ini akan semakin menua. Efek negatifnya salah satunya adalah berkurangnya pasokan air. Baik akibat sikap manusia sendiri atau memang hukum alam,” ungkapnya kepada Joglo Jateng.
Maka, lanjut Briari, pembiasaan hidup hemat dari segala sisi harus dimulai dari sekarang. Karena, menurut dia, kalau tidak memulai dari diri sendiri cenderung sulit.
“Jadi kita menanamkan mulai dari usia dini. Sehingga ketika mereka beranjak dewasa akan terbiasa. Bahkan positifnya bisa menularkan ke yang lain,” imbuhnya.
Pihaknya mengakui siswa sudah mempraktikkan materi hemat energi di beberapa kesehariannya. Bentuk penghematan energi dilakukan siswa melalui menutup kran ketika ada air menetes. Mematikan kipas angina ketika tidak ada orang.
“Atau bisa sisa pembuangan air wudhu dan cuci tangan digunakan untuk menyiram tanaman dan dibuang ke kolam ikan. Dari hal ini, guru juga turu menjadi contoh,” paparnya.
Selain hemat energi, lanjut dia, SD 01 Tumpangkrasak juga menggalakkan gerakan menjaga lingkungan dengan meminimalisir sampah plastik. Melalui gerakan peduli barang milik sendiri, siswa akan menggunakan piring dan gelas sebagai alat makan dan jajan.
“Jadi ketika beli jajan. Kami arahkan mereka untuk membawa piring. Kalau memang tidak memungkinkan dari sisi penjual. Kita geserkan plastiknya ke bank sampah sekolah dengan output kreasis siswa berbasis plastic,” bebernya.
Dikatakan Briari, beberapa inovasi di sekolah juga dibarengi dengan publikasi melalui media sosial. Instagram, facebook dan whatsapp masing-masing guru. Sehingga, tidak ada kegiatan yang tidak diketahui banyak orang.
Terakhir ia turut memberikan apresiasi terhadap para guru yang berusaha berinovasi mendidik anak. Karena upaya ini merupakan capaian pembelajaran yang berhasil utamanya juga membuat para siswa tidak merasa jenuh belajar. Menurut Briari, ini perlu inovasi dan kreativitas guru. Kalau tidak nanti kembali ke sistem lama.
“Guru berkualitas adalah guru yang mempunyai kedisiplinan dan loyalitas terhadap profesinya sebagai guru. Mendidik dan mengajak anak-anak sesuai aturan yang ada dan dikembangkan dengan keadaan zaman,” pungkasnya. (cr8/fat)