Pengamat Sebut PDIP Punya Ikatan Psikologis dengan Pemilih di Pilgub Jateng

Fitriyah, Pengamat politik Universitas Diponegoro. (LU'LUIL MAKNUN/JOGLO JATENG)

SEMARANG, Joglo Jateng – Kekuatan mesin partai politik (parpol) dianggap menjadi faktor utama dalam pemenangan Pilkada 2024, khususnya di Jawa Tengah.

Hal itu disampaikan oleh Pengamat politik Universitas Diponegoro (Undip), Fitriyah.

Ia menilai kontestasi Pemilihan Gubernur (Pilgub) di Jawa Tengah cukup berbeda dengan provinsi lainnya.

Jika di wilayah lain faktor kandidat menjadi yang utama, Fitriyah melihat ikatan psikologis maupun ideologis pemilih dengan partai politik (parpol) justru menjadi hal yang penting di Jawa Tengah.

Dalam hal itu, ia menyoroti PDI Perjuangan (PDIP) yang menjadi pemenang Pileg dan Pilgub di Jawa Tengah sejak reformasi.

“Dalam Pilkada, memang kandidat itu penting. Kalau saya perhatikan, saya melihat pengecualian itu pada PDIP. PDIP untuk di Jateng justru ikatan ideologis atau psikologis (pemilih, Red.) lebih kepada parpol,” ujar Fitriyah.

Baca juga:  Debat Ketiga Pilwalkot Semarang Digelar 15 November

Fitriyah menggambarkan Pilgub Jawa Tengah 2008 silam, saat Bibit Waluyo-Rustriningsih mulanya tak dikenal oleh publik.

Namun, tutur Fitriyah, nama paslon itu mulai dikenal dan akhirnya terpilih saat dimenangkan oleh mesin parpol PDIP. Hal itu serupa dengan pemenangan Ganjar Pranowo yang mengantarkannya menjadi gubernur dua periode.

“Kalau diperhatikan pengalaman yang lalu, kandidat yang diusung PDIP itu belum populer, tetapi begitu dinyatakan sebagai calon PDIP, dia langsung populer. Itu menggambarkan apa? Itu berbeda dengan kasus lain, yang mana kandidat lebih menjual secara umum. Saat di Jateng dalam konteks Pilgub terutama, itu berbeda. Justru faktor partai lebih dominan,” tegasnya.

Fitriyah meyakini faktor parpol menjadi sangat penting untuk pemenangan Pilgub di Jawa Tengah.

Baca juga:  Bank Indonesia Imbau Masyarakat Waspadai Peredaran Uang Palsu

“Untuk konteks Jateng, faktor partai itu lebih penting,” tegas dia.

Lebih lanjut, Fitriyah membeberkan alasan mengapa PDIP bisa membentuk ikatan ideologis dan psikologis dengan pemilihnya di Jawa Tengah. Salah satunya melalui anggota dewan di tingkat provinsi yang kerap menyapa pemilihnya saat reses.

“Pemilih itu kan tetap harus disapa, jadi ikatan psikologis bisa terbentuk ketika ada intensitas melalui politisi dari partai bersangkutan. Jadi, parpol itu dirasakan hadir,” papar Fitriyah.

Terlebih, kata dia, PDIP menjadi parpol dengan kursi terbanyak di tingkat DPRD Provinsi Jawa Tengah.

“Saya kira karena memang PDIP itu kuat di Jateng dan itu kemudian menguasai DPRD Provinsi dan beberapa kabupaten/kota. Mereka kan melalui reses dan sebagainya, itu kan kuat,” jelas dia.

Kata Fitriyah, hubungan yang kuat antara pemilih dan kader PDIP itu membuat partai banteng tersebut mampu mengawal suara.

Baca juga:  UIN Walisongo Semarang Raih Predikat Unggul, Komitmen Wujudkan Pendidikan Berkualitas

“Hubungan yg kuat macam itu kemudian bisa mengawal suara dari pemilihnya itu. Kenapa mereka gak pindah hati? Karena mereka terikat relasi dengna partai melalui politisi yang bersangkutan, kebanyakan dari PDIP. Makin mereka sering turun, makin mereka bisa memelihara suara partai,” ucap dia.

Alasan itu baginya memperkuat mengapa PDIP bisa menjadi partai pemenang sejak reformasi hingga Pileg 2024 di Jawa Tengah.

“Menurut saya, itu menjelaskan mengapa PDIP kuat di Jateng sepanjang reformasi. Begitu menang tahun 1999, kalaupun suaranya dinamis, tetapi tetap menjadi pemenang karena mereka berhasil mengawal suara itu melalui kader yang ada pada posisi anggota dewan dengan memelihara pemilih mereka di dapil masing-masing,” pungkasnya. (luk/adf)