KUDUS, Joglo Jateng – Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kudus (Dispertan) mengklaim fenomena La Nina tidak menganggu aktivitas dalam pertanian. Hingga saat ini, luas lahan tanam di masa tanam ke-1 mencapai 95 persen.
Kepala Bidang (Kabid) Tanaman Pangan dan Perkebunan, Agus Setyawan mengungkapkan, percepatan masa tanam di akhir 2024 menjadi strategi solutif yang ditawarkan kepada petani. Selain membekali dengan penyuluhan, ia juga memberikan fasilitas berupa 115 pompa guna pompanisasi lahan pertanian.
“Kami membaca perkiraan BMKG. Terkait perubahan iklim, sepanjang tahun ini ada fenomena La Nina yang membuat curah hujan cenderung normal atau wajar. Akan tetapi, puncak penghujan itu di Februari 2025. Sehingga kami mengambil kebijakan agar mempercepat masa tanam. Diharapkan, nantinya masa panen juga lebih cepat,” jelasnya.
Ia menuturkan, perbedaan karakteristik tanah, juga menjadi dasar baginya mengambil kebijakan percepatan tanam. Menurutnya, lahan pertanian di kawasan rendah saat penghujan lebih rentan terlewati banjir, bahkan puso.
Kendala lain menjadi permasalahan umum ketika musim tanam ke-1 tiba. Yaitu serangan hama seperti tikus.
“Persawahan di Kudus itu potensinya beda-beda. Ada yang memanfaatkan Waduk Kedungombo untuk irigasi, ada juga menyalur dari Waduk Logung. Tapi ada juga yang dari pompanisasi. Sehingga, kita pilah dan monitoring tiap hari. Kalau untuk hama, kita berikan pestisida atau obat-obatan sesuai dengan hama yang menyerang,” jelasnya.
Pihaknya juga merinci, target luas lahan yang ditanami pada tahun ini, seluas 6.031 hektare. Agus optimistis, awal Desember target tersebut terpenuhi 100 persen. Bahkan bisa lebih.
“Kemarin laporan yang masuk sudah sekitar 5.779 hektare, luas lahan yang di tanami. Artinya hanya kurang 252 hektare lahan yang belum di tanami. Akhir tahun saya yakin terlampaui,” tegasnya.
Ia melanjutkan, penambahan luas lahan yang ditanami pada tahun ini bertujuan meningkatkan luas panen. Sehingga menjadi penyokong ketahanan pangan nasional lebih stabil di tahun mendatang.
“2023 luas panen mencapai 23 ribu hektare, tahun ini di proyeksikan menjadi 25 ribu hektare. Tentu secara hitungan produksi, jumlah ini cukup untuk ketahanan pangan nasional. Tapi, dinamika pasar berbeda hitungannya, kadang ada daerah-daerah yang secara potensi pertanian tidak menghasilkan,” tandasnya. (cr8/fat)