YOGYAKARTA – Sistem bertanam hidroponik mulai dikembangkan sejumlah sekolah di Yogyakarta. Salah satunya SMP Piri 1 Yogyakarta, yang memilih sistem bertanam dengan media air ini untuk mengenalkan pertanian modern kepada siswanya.
Berbeda dengan biasanya, sistem hidroponik yang dikembangkan SMP Piri 1 Yogyakarta memanfaatkan rooftop sebagai lahan untuk bertanam. Meski memiliki tantangan yang lebih tinggi, hasil panennya tidak kalah dengan sistem hidroponik pada umumnya.
Kepala Sekolah SMP Piri 1 Kota Yogyakarta, Budi Prasetyo Dewobroto menjelaskan, hidroponik yang sedang dikembangkan itu merupakan bagian dari program Piri Islamic Green School.
“Hidroponik ini sebagian saja, ada yang lain seperti menghijaukan sekolahan dengan berbagai program termasuk pagar dari tanaman, pembuatan taman, dan hidroponik menjadi unggulan,” ucapnya, belum lama ini.
Untuk menjalankan Piri Islamic Green School, pihaknya bekerja sama dengan penggiat tanaman. Selain untuk kepentingan produksi, hidroponik bertujuan sebagai media edukasi. Sehingga, siswa dari sekolah lain harapannya bisa belajar hidroponik di SMP Piri 1 Yogyakarta.
“Program ini sangat penting untuk pemanfaatan lahan sebagai bercocok tanam, persiapan sekolah adiwiyata, green school. Kami akan kesana,” ucapnya.
Selain itu, juga sebagai upaya pembentukan karakter. Kalau tentang pendidikan bukan hanya hasil secara komersial saja. Namun, untuk memberikan bekal kepada para siswa nantinya, bahwa ini sangat bermanfaat untuk mereka di masa mendatang.
Dikatakannya, sementara ini hasil panen dari hidroponik masih dimanfaatkan secara terbatas. Setelah para siswa dinyatakan boleh belajar di sekolah nanti, para siswa tentu akan dilibatkan langsung dalam proses penanaman.
Pengelola harian Hidroponik SMP 1 Piri Yogyakarta, Sariman mengakui ada beberapa kesulitan yang dihadapi, mengingat proses bertaman berada di rooftop. Namun sejauh ini masih bisa diatasi dengan baik.
“Kesulitan tetap ada karena medianya berbeda, tanpa tanah. Apalagi di lantai atas, kita sudah mengukur angin, udara, suhu dan kelembapan,” jelasnya.
Untuk mengatasi panas yang berlebihan, Ia memilih menggunakan polikarbonat dan paranet untuk mereduksi panas, sehingga panas matahari yang masuk hanya 60 persen saja. Ia mengaku sudah menyiapkan komposisi untuk memproduksi nutrisi untuk kebutuhan tanaman sehingga bisa lebih hemat. (hms/yos)