Oleh: Sri Prihatiningsih, S.Pd
Guru SMP Negeri 7 Pemalang, Kabupaten Pemalang
MATA Pelajaran Prakarya Kerajinan merupakan pembelajaran yang berorientasi pada pengembangan kemampuan untuk membuat produk kerajinan kebutuhan sehari-hari dan produk komersial berbasis kewirausahaan. Pada Kurikulum Merdeka, pembelajaran Prakarya Kerajinan diharapkan terwujudnya Profil Pelajar Pancasila dan dihasilkannya peserta didik yang menguasai teknologi tepat guna berpikir logis dan analitis, memiliki sikap kreatif, inovatif serta tanggap terhadap lingkungan dan perkembangan zaman.
Pembelajaran selama pandemi dengan sistem berangkat bergantian dan kurang komunikasi dua arah berakibat peserta didik kurang semangat terhadap kegiatan belajar. Peserta didik cenderung diam dan cuek terhadap kondisi lingkungan, akibatnya peserta didik terlihat kurang antusias pada kegiatan belajar mengajar di sekolah. Kondisi ini mengharapkan guru lebih kreatif dan inovatif dalam kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan berbagai media, sarana prasarana, metode, yang dapat menyemangati dan memotivasi peserta didik, sehingga semangat dalam belajar.
Kegiatan belajar mengajar (KBM), khususnya mata pelajaran Prakarya di SMP Negeri 7 Pemalang materi Kerajinan Serat dan Tekstil semangat belajar peserta didik kurang maksimal, sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar. Jika hal ini dibiarkan peserta didik kurang memahami atau bahkan tidak mengerti materi yang sedang dipelajari. Untuk itu, guru sebagai fasilitator dalam peningkatan mutu pendidikan dan proses serta hasil belajar pada khususnya dituntut untuk melakukan perubahan-perubahan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Pembelajaran yang menyenangkan sehingga dapat memotivasi peserta didik untuk tertarik dalam belajar seperti penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Model PBL dengan yel-yel perlu diterapkan di SMP negeri 7 Pemalang. Menurut Arend (2007;43) menjelaskan bila pada dasarnya PBL menyajikan berbagai situasi bermasalah yang autentik serta memiliki makna kepada siswa, yang mana bisa berfungsi sebagai batu pijakan untuk melakukan kegiatan investigasi serta penyelidikan. Sedangkan menurut Barrett (2011;4) menguraikan bahwa PBL merupakan pembelajaran yang dihasilkan dari suatu proses pemecahan masalah yang disajikan di awal proses pembelajaran. Sedang yel-yel merupakan nyanyian pendek dengan lirik yang disusun secara khusus dengan tujuan tertentu. Menurut kamus Bahasa Indonesia, yel-yel adalah teriakan atau sorakan untuk memberikan dorongan semangat kepada team atau regunya yang sedang bertanding.
Model pembelajaran PBL dengan yel-yel dalam pembelajaran prakarya materi serat dan tekstil adalah siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil membuat yel-yel untuk membangkitkan semangat. Setiap kelompok diberikan permasalahan aktual disesuaikan dengan materi. Setiap kelompok mencari data sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber baik buku atau media online yang terkait dengan masalah yang sedang dibahas. Kemudian data yang terkumpul didiskusikan untuk membuat laporan dari permasalahan yang ada. Setelah itu, laporan dari setiap kelompok dipresentasikan dan membuat kesimpulan bersama-sama dengan bimbingan dari guru.
Pembelajaran melalui Problem Based Learning dengan yel-yel di SMP negeri 7 Pemalang Jawa Tengah membuat peserta didik bersemangat dalam mempelajari materi serat dan tekstil mata pelajaran Prakarya. Siswa menjadi lebih aktif dengan diskusi sesama anggota kelompok dan suasana kelas lebih semarak dan menyenangkan. Pembelajaran lebih efektif karena peserta didik sangat menikmati proses pembelajaran dengan model PBL. Semangat belajar peserta didik meningkat diharapkan prestasi belajar ikut meningkat pula. (*)