Penyelesaian Soal Cerita dengan Pembelajaran Matematika Realistik

Oleh: Musnaeni, S. Pd. SD.
Guru SD Negeri 02 Kabunan, Kec. Taman, Kab. Pemalang

SALAH satu tujuan mata pelajaran matematika adalah agar peserta didik memiliki kemampuan memahami konsep matematika. Untuk itu, guru harus mampu melakukan pembelajaran dengan penanaman konsep matematika sejak awal materi pembelajaran diberikan. Hal tersebut dilakukan agar peserta didik mampu memecahkan masalah yang berhubungan dengan matematika. Pembelajaran matematika juga harus sesuai dengan realita.

Melalui pembelajaran yang bermakna, peserta didik diharapkan akan lebih mampu mengenal dan mengembangkan semua pengetahuan yang dimilikinya. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan dalam penyelesaian masalah yang disajikan dalam soal cerita yaitu menggunakan Pembelajaran Matematika Realistik (PMR).

PMR pada dasarnya adalah pemanfaatan realita dan lingkungan yang dipahami peserta didik untuk memperlancar proses pembelajaran matematika. Sehingga mencapai tujuan pendidikan secara lebih baik daripada masa lalu. Yang dimaksud dengan realita yaitu hal-hal yang nyata atau konkret, yang dapat diamati atau dipahami peserta didik lewat membayangkan. Sedangkan yang dimaksud dengan lingkungan adalah tempat peserta didik berada baik di sekolah, keluarga, maupun masyarakat yang dapat dipahami peserta didik.

Gravemeijer (1994: 91) mengemukakan empat prinsip kunci PMR. Yaitu guided reinvention (menemukan kembali), progressive mathematizing (matematisasi progresif). Kemudian didactical phenomenology (fenomena didaktik), dan self developed models (mengembangkan model sendiri).

Menurut Gravemeijer (2004: 14), disebutkan bahwa dari ketiga prinsip di atas, dioperasionalkan ke dalam lima karakteristik dasar dari pembelajaran matematika realistik. Yaitu pertama, menggunakan masalah kontekstual. Yakni dapat berupa realita atau sesuatu yang dapat dibayangkan oleh peserta didik.

Kedua, menggunakan model. Penggunaan model, skema, diagram, simbol dan sebagainya merupakan jembatan bagi peserta didik dari situasi konkrit menuju abstrak. Peserta didik diharapkan mengembangkan model sendiri. Ketiga, menggunakan kontribusi siswa dalam menyelesaikan masalah. Peserta didik mempunyai kesempatan untuk menemukan cara pemecahan masalah dengan atau tanpa bantuan guru. Proses ini menunjukkan bahwa pemecahan masalah merupakan hasil konstruksi dan produksi peserta didik sendiri.

Keempat, terdapat interaksi. Proses mengkonstruksi dan memproduksi pemecahan masalah dilakukan, baik itu interaksi baik antar peserta didik dengan guru, maupun antar peserta didik. Kelima, terdapat keterkaitan di antara bagian dari materi pelajaran. Keterkaitan antar topik harus digali untuk mendukung pembelajaran yang lebih bermakna.

Penerapan pembelajaran matematika realistik, meliputi beberapa langkah. Yakni pertama, memahami masalah kontekstual. Guru memberikan masalah kontekstual dalam kehidupan sehari-hari dan meminta peserta didik untuk memahami masalah tersebut. Kedua, menjelaskan masalah kontekstual. Yaitu jika dalam memahami masalah peserta didik mengalami kesulitan, maka guru menjelaskan situasi dan kondisi dari soal dengan cara memberikan petunjuk-petunjuk atau berupa saran seperlunya. Terbatas pada bagian-bagian tertentu dari permasalahan yang belum dipahami.

Ketiga, menyelesaikan masalah kontekstual. Yaitu peserta didik secara individual menyelesaikan masalah kontekstual dengan cara mereka sendiri. Cara pemecahan dan jawaban masalah berbeda lebih diutamakan. Dengan menggunakan lembar kerja, peserta didik mengerjakan soal. Sedangkan guru memotivasi peserta didik untuk menyelesaikan masalah dengan cara mereka sendiri.

Keempat, membandingkan dan mendiskusikan jawaban. Guru menyediakan waktu dan kesempatan kepada peserta didik untuk membandingkan dan mendiskusikan jawaban masalah secara berkelompok. Kelima, menyimpulkan. Yaitu guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menarik kesimpulan tentang suatu konsep atau prosedur.

Karakteristik dari pembelajaran matematika realistik adalah adanya masalah kontekstual dan keaktifan peserta didik. Sementara soal cerita berkaitan dengan keadaan  peserta didik dalam kehidupan sehari-hari memerlukan pemecahan masalah. Oleh karena itu, sangat relevan jika pembelajaran dalam menyelesaikan soal cerita menggunakan PMR. (*)