Bina Lestari membuka pelatihan rutin untuk warga yang berminat belajar membuat kerajinan tangan dengan daur ulang sampah. Ketelatenan dibutuhkan untuk menghasilkan karya seni yang bernilai jual.
SEMARANG, Joglo Jateng – Kebanyakan bank sampah yang berkembang saat ini menghasilkan karya dengan membuat vas, pot, tas, hingga celengan. Namun berbeda dengan Bank Sampah Bina Lestari yang menggunakan sampah daur ulang tak terpakai dalam pembuatan patung tradisional estetik.
Bank sampah ini berlokasi di Jalan Patiunus 3, Kelurahan Pandean Lamper, Kecamatan Gayamsari, Kota Semarang. Beroperasi setiap Senin sampai Sabtu, pukul 08.00 hingga 11.30.
Anggota Divisi Pengelolaan Bank Sampah Bina Lestari Wahyudi (43) mengukapkan, dirinya memang sangat menyukai dunia seni rupa dengan memanfaatkan sampah tak terpakai. Salah satu hasil karya yang telah dibuatnya dengan telaten adalah patung tradisional Baladewa.
“Kalau untuk pembuatan ini sebenarnya ada tantangan dari bapak saya ‘Bisa buat yang seperti ini (Baladewa, Red.) gak?’. Lalu berawal pertama buat itu Warak Endog dalam waktu semalam, iseng sih karena baru pertama kali megang dan hanya menggunakan bahan seadanya saja,” ucapnya saat ditemui Joglo Jateng, Minggu (30/7/23).
Ia menjelaskan, bahan-bahan yang digunakan untuk membuat berbagai macam hasil kreativitas di antaranya adalah botol minum, kemasan sachet, kardus, dan masih banyak lagi. Selain patung tradisional Baladewa, Wahyudi juga membuat patung penari Bali, patung Diponegoro, patung Baladewa, set baju prajurit tempur, kepala kerbau dan sapi, serta supplay kapal 3 meter. Di antara hasil karya yang sudah ia buat sebagian ada yang dibuat untuk sampel, dan pesanan dari beberapa instansi maupun pribadi.
“Khusus yang miniatur supplay kapal 3 meter itu pesanan dari China buat kenang-kenangan. Apabila nanti ada yang mau pesan nanti bisa dibuatkan itu disini bisa custom mau dibuat apa sesuai request,” jelasnya.
Dirinya menjelaskan, dalam pembuatan patung tradisional durasi waktu penyelesaiannya sesuai dengan mood-nya. Jika sedang bagus, maka proses pendetailannya pun juga maksimal.
“Tapi kalau diburu-buruin hasilnya jadi gak bagus. Ya kalau lagi ada waktu luang itu saya sempetin buat. Tahun kemarin pihak Bank Mandiri Kudus meminta saya buatkan lagi karena merasa cocok,” lanjutnya.
Namun, banyaknya pesanan yang diminta oleh pembeli terkadang membuat dirinya merasa keteteran. Untuk mengantisipasi hal itu, biasanya ia akan memisahkan terlebih dahulu hasil kerajinan khusus pesanan dan untuk dilombakan.
“Saya namakan satu per satu namanya supaya tidak tertukar satu sama lain,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua Divisi Pengelolaan Bina Lestari, Supardi (65) mengaku inovasi membuat patung tradisional dan sebagainya berasal dari spontanitas dari Bina Lestari. Durasi pembuatannya pun paling cepat yakni 14 hari, dan paling lama kurang dari 1 bulan.
“Kalau harga kisaran Rp 10 ribu sampai Rp 4 juta tergantung dengan tingkat kesulitannya. Kalau penghasilan gak mesti ya kalau per bulan itu paling kecil Rp 150 ribu sampai yang paling gede Rp 500 ribu,” ungkapnya.
Untuk diharga Rp 10 ribu, pihaknya membuatkan aksesoris kecil-kecilan. Seperti kupu-kupu, kepik, dan kura-kura.
Bina Lestari mengadakan pelatihan rutin setiap sebulan sekali, untuk ibu- ibu rumah tangga yang berminat belajar membuat kerajinan tangan dengan daur ulang sampah. Namun jika ada yang datang untuk minta diajari secara pribadi, Supardi juga turut mempersilakan.
“Tidak mesti sebulan sekali tapi kalau ada ibu-ibu yang tiba-tiba datang ingin diajarin. Saya persilakan. Dengan begitu saya melihat antusias warga seneng dan suka sampai tetangga bilang kok sukses terus seperti itu,” tuturnya.
Tak hanya mengajak ibu-ibu rumah tangga, dirinya juga ingin mengajak anak-anak muda yang berminat untuk ikutserta bergabung di pelatihan itu. Menurutnya, hal itu dapat menanamkan rasa peduli terhadap pemanfaatan sampah daur ulang di lingkungan rumah tangga.
“Nanti saya pancing dulu seperti yuk membuat ini (hasil karya, Red.) mudah dengan di cat dan dibentuk. Kan nanti lama-lama pasti ada yang minat,” ujar Supardi. (cr7/mg4)