Kudus  

Peringati HUT, Alumni SMP N 1 Kudus Gelar Donor Darah dan Pengobatan Gratis

ANTUSIAS: Peserta dari berbagai kalangan mengikuti bakti sosial donor darah dan pengobatan gratis yang diselenggarakan dalam rangka HUT SMP N 1 Kudus, Kamis (7/3/24). (UMI ZAKIATUN NAFIS/JOGLO JATENG)

KUDUS, Joglo Jateng – Dalam memperingati HUT ke–74, alumni SMP N 1 Kudus menyelenggarakan Bakti Sosial Donor Darah dan Pengobatan Gratis. Kegiatan ini berlangsung di aula sekolahan setempat, Kamis (7/3/24).

Kepala SMP N 1 Kudus, Ahadi Setiawan menuturkan, bakti sosial donor darah dimaksudkan sebagai sarana pembinaan siswa untuk menumbuhkan jiwa sosial kemanusiaan. Kedepan, mereka diharapkan bisa menjadi insan yang peduli terhadap sesama.

“Kedepan, setelah para siswa mengetahui manfaat donor darah, kemudian menjadi pendonor aktif bersifat sukarela,” ujarnya.

Lebih lanjut, papar Wawan, bakti sosial yang dikoordinir oleh para alumni ini juga menjadi media mempererat komunikasi. Apalagi sebagian besar alumni SMPN 1 Kudus saat ini berprofesi sebagai tenaga kesehatan.

“Bakti sosial ini dirintis dan dipandegani langsung oleh alumni. Di samping itu, mereka juga setiap bulannya memberikan kontribusi peningkatan kesejahteraan wiyata bakti SMPN 1 Kudus,” imbuhnya.

Sementara itu, Alumni SMPN 1 Kudus Angkatan 1970, dr Mundzakir menyebutkan, pengobatan gratis dan donor darah ini menjadi agenda rutin yang diadakan setiap momen HUT. Menurutnya, hal ini bisa menjadi contoh bagi siswa-siswi agar memiliki jiwa kepedulian sejak dini, khususnya di bidang kesehatan.

“Apalagi sudah ada Poliklinik Spensaku yang menjadi jujugan ketika ada murid atau guru yang sakit. Ini tentu kemajuan bagus bagi sekolah,” ujarnya.

Sementara itu, Staff PMI Kudus, Arum Mawati mengapresiasi antusiasme para pendonor yang didominasi usia 30 tahun ke atas. Sesuai dengan syarat yaitu usia 17 hingga 50 tahun.

“Seusia anak SMP mungkin belum bisa. Karena usia belum mencukupi maka ini bisa menjadi contoh yang baik agar mereka memiliki sikap peduli sesama. Karena darah ini selalu dibutuhkan,” bebernya.

Adapun syarat lainnya, lanjut Arum, pendonor harus memiliki tensi minimal 110/70 dan maksimal tinggi 150/90. Dengan pertimbangan berat badan minimal 45 kg, serta mempertimbangkan deteksi riwayat penyakit tertentu. Juga tidak diperbolehkan bagi perempuan menstruasi, menyusui, dan setelah melahirkan.

“Siswa-siswi yang belum tahu harus tahu manfaat dari donor darah. Yaitu menjaga pergantian darah baru dan bisa berbagi kepada sesama,” imbuhnya. (cr1/adf)