Ngaji Seni melalui Lukisan Kaligrafi

APIK: Lukisan kaligrafi arab yang dilukis Abdul Chamim selama Ramadan, belum lama ini. (DYAH NURMAYA SARI/JOGLO JATENG)

REMBANG, Joglo Jateng – Selama Ramadan ini, salah seorang pelukis ternama di Kabupaten Rembang, Abdul Chamim mengadakan ngaji seni. Dengan ingin mengkaji sunah-sunah peradaban. Kajian tersebut akan tertuang dalam sebuah karya berbentuk kaligrafi arab, yang mana momentum identik dengan umat Islam.

Pelukis Ngaji Seni, Abdul Chamim menjelaskan, ngaji seni bermula ketika di Ramadan, umumnya orang mengaji harus bawa kitab, ke pesantren, masjid dan sebagainya. Namun, dia bergerak dibidang kesenian. Secara substansi media yang digunakan sama dengan media yang lain.

“Sebagaimana seni itu menyuarakan tentang kebaikan. Mengajak kepada perbaikan, mengajak seseorang harus menghindari kerusakan dan menambah kebaikan,” ujarnya.

Baca juga:  Program Makan Bergizi Gratis Belum Dimulai di Rembang, Masih Menunggu Petunjuk Pusat

Dalam ngaji ini, dia ingin menyampaikan tentang hadist nabi dan sunah-sunah peradaban. Pasalnya, konteks zaman itu mampu dibaca saat ini dan bisa menjawab persoalan-persoalan zaman sekarang. Supaya Islam bisa memberi jawaban di era yang semakin pesat perkembangan ilmu sosialnya.

“Karena kita tahu manusia hari ini banyak yang bingung, repot, kemakan berhala informasi, wacana mudah terpengaruh. Saya tidak ingin menambah itu. Pada dasarnya seni itu keindahan yang bisa ditafsiri diberbagai macam perspektif. Saya ingin memberikan sesuatu hal yang bisa dipahami,” ucapnya.

Karya tahun ini, lanjutnya, pastikan lukisan yang akan dihadirkan sampai 30 hari ke depan, bisa dipahami oleh banyak orang terutama umat Islam. Selain itu, mampu dipahami karena kaligrafi atau hadist memang abstrak, masih jelas dan bisa dibaca.

Baca juga:  Pemkab Rembang Salurkan Bankeu untuk Pengembangan Desa Wisata

“Persiapan melukis, ide itu muncul tiba-tiba. Dengan harapan ke depan kita sebagai manusia harus saling mengingatkan. Nanti akan seperti apa biarkan menentukan takdirnya sendiri. Kita hanya berusaha menambah pundi-pundi kebaikan,” ungkapnya.

Sebenarnya ngaji seni ini dimulai sejak 2020, lalu di tahun sebelumnya dirinya bebas berekspresi menggunakan media apa saja, di situ ada nilai filosofi yang dibangun. Seperti ajakan berbuat kebaikan, kritik, sebuah perenungan di 10 terakhir ditutup dengan penyerahan diri di segala rutinitas.

“Artinya manusia itu beribadah bukan hanya sebatas ritual. Tetapi penyerahan diri dalam hal penghambaan atau melakukan ibadah segala hal sepanjang waktu. Akhirnya itu mengarah ke substansi ibadah hubungan vertikal dan horizontal antara tuhan dan makhluk,” paparnya.

Baca juga:  Harno-Hanies akan Benahi Birokrasi dan Pelayanan Masyarakat

Sementara, di tahun ini dia akan melukis dalam bentuk kaligrafi arab. Dengan momentum puasa milik kaum muslim. Sumber yang dilukis dari hadist peradaban, yang berhubungan dengan manusia.

“Saya akan fokus di hadist. Tentang bagaimana orang yang dipilih tuhan untuk menyuarakan kebenaran. Lalu orang menjaga ekologi, tentang sunah itu sebagai sumber ilmu pengetahuan dan sebagainya,” imbuhnya.(cr3/sam)