Pati  

Pati Art Wear, Tempat Anak Muda Hidup dari Seni

KREASI: Anak muda sedang membuat lukisan menggunakan pilox. (LUTHFI MAJID/JOGLO JATENG)

DI Kabupaten Pati ada tempat nongkrong yang terbilang langka, namanya Pati Art Wear (PAW). Wadah berkumpulnya pemuda dan pemudi doyan berkreasi yang dirikan pada 2022 lalu.

Berdirinya tempat ini, atas keinginan untuk membangkitkan gelora anak muda di Bumi Mina Tani dalam bidang seni. Bahkan sudah ada puluhan karya seni terpampang di tempat yang juga jadi kedai kopi itu. Mulai seni rupa hingga kontemporer dari hasil buah tangan kreatif mereka.

Selamat Idulfitri 2024

“Akhir 2022 lukisan teman-teman mulai di pajang di sini. Seni rupa kurang lebih jumlahnya ada 40. Tapi sudah ada sekitar 8 karya seni yang laku,” kata Owner PAW, Fandy Putratama.

Baca juga:  Tato Jadi Fashion hingga Ungkapan Perasaan

Selain membuat dan menciptakan seni di atas kertas seperti lukisan dan graffiti, mereka juga berkarya di atas kulit atau tato. Mulai tato realis wajah, dotline, linework, brutal, hingga oriental seperti tato dari Jepang.

“Jadi banyak tato yang kita bikin. Tapi paling diminati sekarang itu tato skena, old school American style. Biasanya buat mbak-mbak skena,” ungkapnya.

Pria yang akrab disapa Fandy itu menuturkan, ada banyak anak muda yang datang ke PAW untuk menato tubuhnya, mulai usia 20-30 tahun. “Aku selalu berpesan, mau bertato yaitu siap bertanggungjawab atas diri kita sendiri. Karena seketika punya tato, tidak bisa kerja di kantoran ataupun PNS. Artinya mereka sudah siap berdikari,” ujarnya.

Baca juga:  Pelaksanaan Merdeka Belajar Diharapkan Cetak Generasi Emas
BERSANTAI: Tampak sejumlah anak muda sedang nongkrong di PAW. (LUTHFI MAJID/JOGLO JATENG)

Mereka yang menato tubuhnya, lanjutnya, karena ada beberapa alasan. Seperti pencapaian, fashion, hingga depresi. Ia pun tidak setuju dengan stigma negatif tentang orang bertato. “Stigma negatif itu dulu. Tapi sekarang lebih ke fashion menunjang percaya diri. Soalnya ada orang yang pantas ditato dan yang tidak pantas,” tambahnya.

Seniman muda asal Pati ini, menganggap karya seni bisa menghasilkan uang adalah sebuah pencapaian. Sebab itu menunjukkan karya dihargai sesuai tujuan awal berdirinya PAW ini.

“Aku ingin mempunyai wadah untuk anak muda biar bisa terus berkarya. Karena kita berpikir harus punya tempat hidup dari seni. Hidup dari karya apapun. Entah itu patung, lukisan, maupun grafiti.  Sehingga bisa dijual guna bertahan hidup,” tuturnya.

Baca juga:  Dewan Harapkan Pengelola Wisata di Pati Lebih Kreatif

Menurutnya, dunia seni bisa redup jika sebuah karya hanya dipajang saja. Sebab tidak orang yang tertarik dengan karya yang diciptakan. Sehingga ia bersama seniman muda di Pati lainnya ingin merubah stigma lama itu.

“Aku pikir dengan membuat seni kita bisa bertahan hidup. Memang seni itu harus ada uangnya dan itu yang diterapkan di PAW. Kita ingin mematahkan stigma menghidupi seni, tapi hidup dari seni,” pungkasnya.(lut/sam)