Jemparingan Warnai Semarak Bulan Merdeka Belajar di Yogyakarta

MERIAH: Sejumlah tenaga pendidik dan latar belakang profesi lain tengah memeriahkan workshop dan gladhen jemparingan di Museum Benteng Vredeburg, beberapa waktu lalu. (HUMAS/JOGLO JOGJA)

YOGYAKARTA, Joglo Jogja – Dalam rangka memeriahkan Semarak Bulan Merdeka Belajar, Kolaborasi Perguruan Tinggi Negeri dan Satuan Kerja di bawah Kemendikbudristek yang berada di Yogyakarta menyelenggarakan workshop dan gladhen jemparingan di Museum Benteng Vredeburg, beberapa waktu lalu. Pemilihan jemparingan sebagai salah satu agenda dalam Semarak Bulan Merdeka Belajar merupakan upaya untuk melestarikan budaya dan seni tradisi.

“Dengan mengadakan acara seperti ini, masyarakat diharapkan dapat lebih mengenal dan mencintai jemparingan,” ujar Koordinator Jemparingan dari ISI Yogyakarta, Lutse Lambert Deniel Morin, beberapa waktu lalu.

Pihaknya menambahkan, workshop dan gladhen jemparingan ini tidak hanya menarik minat pengunjung museum, tetapi juga peserta dari Semarak Bulan Merdeka Belajar. Kegiatan ini berhasil menciptakan suasana yang menarik perhatian pengunjung. “workshop jemparingan diikuti oleh lebih dari 50 pengunjung museum yang berasal dari berbagai latar belakang profesi, termasuk mahasiswa, guru, dosen, dan anggota TNI,” jelasnya.

Sementara itu, gladhen jemparingan yang merupakan perlombaan panahan tradisional diikuti oleh 56 atlet yang berasal dari Yogyakarta dan Klaten. Kedua kegiatan ini mendapatkan respons yang sangat positif dari peserta terlebih yang minat dalam olahraga panahan tradisional.

“Memang ini merupakan permainan panahan tradisional yang berasal dari Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, yang dikenal juga dengan sebutan jemparingan gaya Mataram Ngayogyakarta,” tuturnya.

Pada awalnya, jemparingan hanya dilakukan oleh kalangan keluarga Kerajaan Mataram sebagai bentuk latihan dan hiburan. Namun, seiring berjalannya waktu, seni memanah ini mulai diminati oleh masyarakat umum dan dijadikan ajang perlombaan di berbagai kesempatan.

“Berbeda dengan panahan modern yang umumnya dilakukan dalam posisi berdiri, jemparingan dilakukan dalam posisi duduk bersila dan mengenakan baju adat Jawa. Hal ini menambah keunikan dan daya tarik tersendiri bagi olahraga tradisional ini, terlebih dalam melatih kesabaran,” pungkasnya. (suf/abd)