Putri Campa, Jejak Ekspedisi Ceng Ho

BERKUNJUNG: Tampak salah satu pengunjung tengah berfoto di Makam Putri Campa di Desa Bonang, Kecamatan Lasem, Rembang. (DYAH NURMAYA SARI/JOGLO JATENG)

REMBANG, Joglo Jateng – Sejarah Putri Campa dimulai pada tahun 1413, saat ekspedisi Ceng Ho tiba di Jawa. Menurut buku Babad Badrasanti, ekspedisi itu singgah di Lasem, sebuah wilayah di Pesisir Utara Jawa.

Ahli sejarah asal Rembang, Edi Winarno menjelaskan, salah satu anak buah Ceng Ho, bernama Binang Un, meminta izin untuk tinggal di Lasem. Kemudian membawa keluarganya dari Campa untuk menetap di sana.

“Campa itu sebenarnya sebuah etnis atau sebuah wilayah di Vietnam Selatan dan Indochina,” jelasnya, beberapa waktu lalu.

Setelah mendapatkan izin dari Ceng Ho, Binang Un dan keluarganya mendarat di Binangun, dekat dengan Bonang dan diberi tanah oleh Raja Majapahit pada waktu itu. Pada tahun 1351, Raja Majapahit, Hayam Wuruk, mewisuda saudara sepupunya, Dewi Induk, yang kemudian dikenal sebagai Bre Lasem, menjadi Adipati Lasem.

Baca juga:  Produk Terasi Rembang Menuju Pasar Internasional

“Bre Lasem menikah dengan Raden Rajasa Wardana dan memiliki seorang anak bernama Badra Wardana. Kemudian menggantikan posisi ibunya sebagai Adipati Lasem,” ujarnya.

Selanjutnya, kepemimpinan diteruskan anaknya Badra Wardana, yakni Wijaya dan kemudian oleh putranya, Badranala. Kemudian, Badranala menikah dengan putri Binang Un, Binang Ti, yang dikenal sebagai Putri Campa.

KONDISI: Terlihat para pengunjung hendak memasuki gapura Makam Putri Campa di Desa Bonang, Kecamatan Lasem, Rembang. (DYAH NURMAYA SARI/JOGLO JATENG)

Binang Ti juga memiliki nama Jawa dan dikenal membawa kebudayaan serta kesenian Campa ke masyarakat Lasem. Termasuk seni membatik.

“Kehadiran pendatang dari Campa memperkaya motif batik Lasem. Dengan motif seperti latohan dan sekar jagat, yang merupakan hasil asimilasi motif Tionghoa dan Campa,” bebernya.

Baca juga:  Dindikpora Rembang Usulkan DAK 2025 untuk Sarpras 230 Sekolah

Batik di Lasem sendiri sudah ada sejak zaman Kerajaan Majapahit, terbukti dari motif batik yang ditemukan pada candi-candi di Jawa Timur. Motif klasik seperti Kawung dan lerek sudah ada sebelum kehadiran Putri Campa.

Namun, kehadiran Putri Campa memperkaya motif batik Lasem dan menambahkan warna merah yang khas. Sementara itu, motif batik khas Majapahit berwarna coklat dan hitam. “Kehadiran Putri Campa cukup memberikan akulturasi budaya pada masa Majapahit dan Campa. Hal itu terbukti adanya motif-motif batik,” bebernya.

Putri Campa dimakamkan di Bonang dan pengaruhnya dalam budaya, serta kesenian di Lasem terus berlanjut. Budaya di daerah tersebut pada waktu itu sangat bangsawan-sentris, dengan seni dan kesenian seperti wayang yang diajarkan di lingkungan bangsawan. Kemudian menyebar ke masyarakat umum.

Baca juga:  Perekaman Pemilih Pemula di Rembang Terus Digenjot

“Putri Campa tinggal di Desa Kemendung, yang menjadi pusat kegiatan membatik hingga sekarang. Dengan tradisi membatik yang masih eksis selama ratusan tahun,” tutupnya.(cr3/sam)