KUDUS, Joglo Jateng – Dinas Perumahan, Kawasan Pemukiman, dan Lingkungan Hidup (PKPLH) Kabupaten Kudus mengajukan 11 sekolah terdiri dari SMP dan SMA untuk mengikuti seleksi adiwiyata tingkat mandiri. Sekolah tersebut yakni SMP 2 Jati, SMP 2 Dawe, SMP 2 Mejobo, SMP 1 Jekulo dan SMP 1 Mejobo.
Lalu SMP 3 Bae, SMP 4 Bae, SMP IT Al Islam, SMP 2 Undaan. Sedangkan di jenjang SMA yaitu SMA 2 Bae dan SMA 1 Mejobo.
Kepala Dinas Perumahan, Kawasan Pemukiman, dan Lingkungan Hidup (PKPLH) Kudus melalui Kepala Bidang Pembinaan dan Pengembangan Kapasitas Lingkungan Hidup, Sri Wahjuningsih menyebutkan, sebelas sekolah yang diajukan adiwiyata mandiri tersebut telah mendapatkan apresiasi sebagai adiwiyata nasional. Beberapa diantaranya sejak 2022 lalu atau bahkan telah melakukan perpanjangan dengan SK 2024.
“Kesebelas sekolah tersebut memiliki waktu kurang lebih dua bulan lagi untuk mengumpulkan berkas. Kemarin kami sudah lakukan koordinasi serta komunikasi kembali terkait hal ini,” ujarnya.
Nining menambahkan, sekolah adiwiyata mandiri bisa diajukan jika sekolah tersebut telah berpredikat adiwiyata nasional selama 12 bulan dan membina dua sekolah. Bobot yang dipersyaratkan untuk bisa ditetapkan menjadi sekolah adiwiyata adiwiyata mandiri adalah 95.
“Setidaknya mereka lolos penilaian oleh tim penilai Adiwiyata pusat dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI dengan nilai minimal 95 dan membina minimal dua sekolah agar memenuhi syarat adiwiyata mandiri,” ujarnya kepada Joglo Jateng, Selasa (12/11/24).
Oleh sebab itu, banyak program dan usaha yang dilakukan untuk menata sistem dan juga tampilan sekolah. Menurutnya, seluruh warga sekolah terlibat baik bapak ibu guru, para siswa hingga tenaga kependidikan.
“Program dan pengelolaan sekolah serta pembinaan karakter warga sekolah terhadap lingkungan harus berkesinambungan. Lebih lagi untuk mendapatkan penghargaan adiwiyata mandiri sebelumnya memang sudah mendapatkan adiwiyata kota, provinsi, dan nasional sehingga tinggal mempertahankan dan mengimbaskan,” sambungnya.
Pihaknya juga meninjau dan membina sekolah calon Adiwiyata Mandiri secara berkala. Tujuannya agar sekolah lebih semangat dan giat dalam mengelola lingkungan sekolah baik dalam belajar mengajar maupun dalam aktivitas sehari-hari.
“Adiwiyata ini bukan merupakan perlombaan, tetapi bagaimana agar bersama-sama kita mengubah perilaku sekolah dengan budaya peduli lingkungan yang tinggi serta pola hidup sehat,” ujarnya.
Hingga saat ini, Kudus baru memiliki satu sekolah berpredikat adiwiyata mandiri. Yaitu SDIT Al Islam Kudus. Ke depan Nining berencana, sekolah tersebut akan diikutkan dalam program ASEAN Eco-School.
“Program tersebut memfasilitasi sekolah untuk berperan dalam melestarikan lingkungan di Asia Tenggara. Dan sekolah yang berhasil meraih penghargaan ASEAN Eco-School menunjukkan komitmennya dalam menjaga keberlanjutan lingkungan,” bebernya. (cr1/fat)