Jepara  

Bawaslu Jepara Imbau Masyarakat tidak Termakan Hoax

Ketua Bawaslu Jepara, Sujiantoko. (LIA BAROKATUS SOLIKAH/JOGLO JATENG)

JEPARA, Joglo Jateng – Akun-akun pendengung atau buzzer yang berlindung di balik anonimitas masih bebas berseliweran di media sosial. Sebagian dari mereka menginisiasi percakapan dunia maya yang cenderung provokatif, menjelekkan, dan fitnah.

Menanggapi hal itu, Badan pengawas pemilu (Bawaslu) Kabupaten Jepara mengimbau kepada masyarakat untuk tidak menelan mentah-mentah informasi yang beredar di media sosial (medsos).

Ketua Bawaslu Jepara, Sujiantoko tidak menampik adanya potensi pelanggaran seperti black campaign. Sebab, di zaman digitalisasi saat ini, informasi hoax dan disinformasi dapat menyebar secara cepat.

Baca juga:  Kejari Jepara Tetapkan Pegawai Bank BUMN Tersangka Korupsi

“Kami mengimbau kepada masyarakat untuk tidak mudah terpercaya dengan akun yang tidak jelas. Bisa diidentifikasi dulu kejelasannya,” jelas Suji, sapaanya pada Joglo Jateng, Senin (18/11/24).

Suji memaparkan, ciri-ciri daripada akun buzzer adalah tidak memiliki identitas yang jelas, cenderung provokatif, menyudutkan pihak tertentu, dan muncul di masa-masa tertentu saja.

Hingga saat ini, Bawaslu Jepara telah menerima beberapa temuan akun buzzer. Di antaranya, 1 akun berasal dari laporan, 3 dari hasil penelusuran, dan 2 dari laporan relawan. “Beberapa temuan yang masuk belum bisa dikategorikan sebagai pelanggaran. Karena secara subyek hukumnya juga belum jelas. Sehingga, kami lakukan identifikasi,” terangnya.

Baca juga:  Rasio Guru dan Murid SD di Jepara Masih Ideal

Terkait dengan beberapa akun buzzer, kata Suji, pihaknya telah berkoordinasi kepada Diskominfo maupun Polres Jepara bagian penanganan cyber untuk bisa menindaklanjuti ke Kementerian Kominfo untuk men-takedown akun tersebut. “Karena Bawaslu juga tidak memiliki kewenangan untuk men-takedown akun buzzer itu,” tambahnya.

Pihaknya menekankan agar masyarakat lebih bijak dalam menggunakan medsos. Yakni dengan tidak mudah percaya dengan informasi yang tidak jelas sumbernya darimana dan tidak mudah terprovokasi. “Jangan mudah terprovokasi karena akan berakibat polarisasi,” tutupnya. (cr4/gih)