BPBD Kota Semarang Catat 488 Bencana Terjadi Sepanjang 2024

USAHA: Warga mendorong sepeda motor yang mogok akibat banjir di Kota Semarang, beberapa waktu lalu. (BPBD-ANTARA/JOGLO JATENG)

SEMARANG, Joglo Jateng – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Semarang mencatat ada 488 bencana terjadi sepanjang tahun 2024 ini. Dengan rincian, talud longsor 196 kasus, pohon tumbang 82 kasus, kebakaran 68 kasus, rumah roboh 67 kasus, banjir 44 kasus, puting beliung 26 kasus, rob 3 kasus, dan rumah amblas 1 kasus.

Kepala BPBD Kota Semarang, Endro P Martanto mengungkapkan, adapun warga yang terdampak dari banyaknya bencana sebanyak 1.498 orang. Dari total tersebut, empat di antaranya mengalami luka-luka, dan lima orang dinyatakan meninggal dunia.

“Paling banyak bencana terjadi yaitu tanah longsor yang sering terjadi di Kecamatan Candisari, tepatnya kelurahan Jomblang dan Gajahmungkur. Lalu ada juga Kecamatan Gajahmungkur, Gunungpati, Tembalang. Yang memiliki geografis perbukitan,” ucapnya saat dikonfirmasi Joglo Jateng, Rabu (18/12/24).

Baca juga:  Pemprov Jateng Alokasikan Rp 67,13 M untuk Pendampingan Anggaran MBG

Faktor utama terjadinya tanah longsor, kata Endro, yaitu adanya pergerakan tanah akibat dari musim hujan terus menerus, dan curah hujan relatif tinggi. Ia menyampaikan, adapun sejumlah kerusakan material yang terjadi tanah longsor, di antaranya kerusakan dinding rumah, talud, pagar rumah, hingga dapur yang terhantam tanah.

“Saat ini dalam tahapan asesmen BPBD untuk diajukan ganti perbaikan kerusakan di Pemerintah Kota Semarang melalui dana BTT (belanja tak terduga). Semua sudah kita laksanakan dan jalankan,” jelasnya.

Lebih lanjut, Endro menerangkan, salah satu yang menjadi acuan BPBD dalam memitigasi penanganan bencana yaitu selalu update perkembangan cuaca dari BMKG. Berdasarkan informasi yang ia dapat, cuaca ekstrim memang terjadi mulai 16 hingga 20 Desember mendatang dengan potensi kenaikan curah hujan sebanyak 20 persen.

Baca juga:  Opsen Pajak Mulai Berlaku 5 Januari 2025, Pemprov Jateng Berikan Keringanan

“Ini menjadi salah satu rujukan untuk melakukan mitigasi itu adalah langkah-langkah pencegahan bencana terutama banjir akibat dari hujan yang deras. Di samping itu, bencana lain seperti tanah longsor yang sampai saat ini sering terjadi di Kota Semarang,”ujarnya.

Selain itu, pihaknya juga memiliki Kajian Rawan Bencana (KRB) yang telah terintegrasi ke 16 kecamatan apabila suatu wilayah berpotensi terjadi bencana. Oleh karena itu, dirinya berharap masyarakat yang tinggal di kawasan perbukitan untuk selalu meningkatkan kewaspadaan ketika curah hujan semakin tinggi.

“Dan meningkatkan sinergitas dengan pemangku wilayah baik camat dan lurah untuk saling memberikan peringatan dan koordinasi untuk langkah penanganan apabila terjadi bencana,” harapnya. (int/gih)