DLHK Jateng Siap Kembangkan 50 Desa Mandiri Sampah

KRETIF: Relawan memakai busana berbahan limbah daur ulang saat sosialisasi gerakan sedekah sampah Indonesia (Gradasi) di Balai Kota Solo, Minggu (22/12/2024). (MAULANA SURYA-ANTARA/JOGLO JATENG)

SEMARANG, Joglo Jateng – Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Provinsi Jawa Tengah siap mengembangkan 50 Desa Mandiri Sampah (DMS) sepanjang 2025 ini. Tujuannya untuk menekan timbulan sampah di Jateng yang mencapai 5,5 juta ton per tahun.

“Harapannya tahun 2025 kita bisa nambah lagi kurang lebih 50 desa mandiri sampah,” jelas Kepala DLHK Jateng Widi Hartanto, belum lama ini.

Widi mengaku pembentukan DMS telah dilakukan sejak 2023 lalu. Hingga saat ini sudah ada 88 DMS di Jateng.

“Targetnya ada penambahan di setiap tahunnya. Paling tidak ada penambahan satu desa mandiri sampah di setiap kabupaten/kota di Jateng,” imbuhnya.

Dia menyebut bahwa desa yang mengikuti DMS hanya membuang sekitar 20 persen residu ke tempat pemrosesan akhir (TPA). Sebab itu melalui DMS, pihaknya ingin mendorong pengelolaan sampah langsung di tingkat desa.

“Masyarakat diberikan edukasi untuk bersama-sama mengelola sampah dari sumbernya, yang organik dijadikan kompos atau eco enzyme, kemudian sampah anorganik dipilah untuk didaur ulang,” bebernya.

Dengan demikian dapat mengurangi jumlah sampah yang harus dikirim ke TPA. DMS ini juga sejalan dengan program nasional yakni kampung program iklim (proklim). Melalui DMS pihaknya juga menargetkan ada pengurangan sampah sebanyak 30 persen.

“Jadi kalau nanti di desa sudah selesai, yang organik dijadikan kompos, yang anorganik di kelola mudah-mudahan akan mengurangi beban TPA,” tegasnya.

Lebih lanjut pihaknya mengaku kesadaran masyarakat terkait pengeloaan sampah sudah membaik. Setiap tahun trennya meningkat. Diketahui, saat ini ada sekitar 3.358 bank sampah unit di Jateng, 26 bank sampah induk, 23 pusat daur ulang, 363 tempat pengolahan sampah (TPS) 3R, 27 rumah kompos, dan 1.022 pengepul sampah.

“Buktinya apa? Jumlah bank sampah naik, itu salah satu indikator. Artinya ada komitmen. Sekarang bank sampah di tingkat RT RW sudah mulai berkembang. Di masing-masing RT RW pasti rata-rata ada bank sampah, PKK-nya juga membentuk bank sampah,” tandasnya. (luk/adf)