LINGKARJATENG.COM – Untuk mengetahui ada tidaknya virus corona di dalam tubuh seseorang, perlu dilakukan tes khusus. Setidaknya ada tiga metode tes corona yang lazim digunakan di Indonesia. Setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, termasuk juga tingkat akurasi.
Yang pertama adalah pemeriksaan Real Time-PCR (polymerase chain reaction) yang merupakan standar utama dengan sensitifitas dan spesifisitas hingga 95 persen. Kedua tes cepat molekuler yang juga memiliki sensitifitas dan spesifisitas 95 persen dan serta rapid test berbasis antibodi dengan sensitifitas dan spesifitas 60-80 persen.
Untuk tes RT-PCR, pemerintah Indonesia sudah menunjuk 46 laboratorium di seluruh Indonesia untuk meningkatkan kapasitas tes dengan target 10 ribu pengujian sampel per hari. Sedangkanpemeriksaan tes cepat molekuler sebenarnya sudah bisa dilakukan di seluruh Indonesia, namun terkendala pada ketersediaan cartridge khusus Covid-19 yang saat ini sulit didapat karena seluruh dunia membutuhkan.
Sedangkan yang banyak dikenal oleh masyarakat adalah tes cepat atau rapid test berbasis antibodi yang digunakan sebagai skrining status Covid-19 pada masyarakat yang diduga terpapar virus. Tes cepat berbasis antibodi ini perlu diikuti oleh pemeriksaan RT-PCR untuk mengonfirmasi apabila seseorang diketahui positif terjangkit Covid-19.
Tes cepat berbasis antibodi memiliki keunggulan yang dapat mengetahui hasil dalam kurun waktu 15-20 menit, namun memiliki kelemahan dari sisi sensitifitas dan spesifitasnya yang rendah.
Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Prof. drh. Wiku Adisasmito mengatakan, pengetesan sampel menjadi hal yang sangat penting agar bisa mendeteksi keberadaan virus di suatu wilayah.
“Untuk mengetahui virus ada di mana kita perlu melakukan testing menggunakan alat dan proses tertentu, diambil sampelnya dari manusia yang terpapar,” kata Wiku di Jakarta, Selasa (5/5).
Dengan ditemukan kasusnya dengan cepat, kemudian dilanjutkan dengan perawatan pasien dan pelacakan riwayat kontak orang-orang yang kontak dekat dengan pasien positif Covid-19 untuk mencegah penyebaran terjadi lebih luas.