SEMARANG, Joglojateng.com – Anggota MPR RI Agustina Wilujeng Pramestuti mengatakan bahwa pendidikan Pancasila sangat sulit dilakukan dengan konsep online. Ia berharap pendidikan jarak jauh yang telah dilakukan oleh banyak instansi pendidikan tidak berlangsung lama, karena secara tidak langsung akan berimbas pada pendidikan karakter siswa di sekolah.
“Yang namanya pendidikan karakter itu harus dilakukan dengan membangun hubungan sosial yang tatap muka. Yang kita ada, objeknya ada, kita sebagai subjek juga ada. Yang diamati tidak hanya kata-kata, tidak hanya suara, tidak hanya ekspresi wajah. Tetapi juga gerak tubuh, dan juga respon dari sekelilingnya. Nah, pendidikan karakter seperti ini tidak bisa diajarkan secara virtual,” jelas Agustina.
Hal tersebut ia sampaikan di sela-sela kunjungan sosialisasi empat pilar di ruang pertemuan Gedung Balaikota Semarang, kemarin. Sebanyak 120 anggota Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kota Semarang mengikuti sosialisasi empat pilar tersebut.
Ketua PGRI Kota Semarang, Nur Khoiri, mengaku sependapat dengan apa yang disampaikan Agustina terkait pendidikan karakter yang sulit dilakukan dengan virtual. Ia mengatakan pihaknya agak kesulitan untuk memberikan teladan, bimbingan, maupun motivasi kepada siswa lewat online.
Ia juga mengatakan telah siap jika diminta untuk melakukan pembelajaran tatap muka. Menurutnya, guru-guru, sekolah, fasilitas, dan sarana pra sarana penerapan protokol kesehatan telah disiapkan guna menunjang pembejaran tatap muka.
“Untuk pembelajaran tatap muka, sebenarnya sekolah-sekolah, guru sudah siap. Protokol kesehatan, sarana pra sarana sudah disiapkan. Cuma memang ini kuncinya nanti harus ada persetujuan orang tua. Harus ada persetujuan utuh orang tua di masing-masing kelas agar pembelajaran tatap muka dapat dilaksanakan,” kata Khoiri. (cr2/gih)