SEMARANG, Joglo Jateng – Dialog bersama DPRD Jawa Tengah (Prime Topic) pada awal Juni kali ini mengangkat tema “Pancasila sebagai Jiwa dan Spirit Pemersatu Bangsa”. Dialog yang diadakan di Ruang Bahana Hotel Noormans, Jalan Teuku Umar Nomor 27, Semarang, belum lama ini (4/6), membahas Pancasila dan implementasinya dalam kehidupan sehari-hari.
Hadir sebagai narasumber dalam kesempatan tersebut antara lain, Anggota Komisi A DPRD Provinsi Jateng Stephanus Sukirno, Kepala Badan Kesbangpol Jateng Haerudin, dan Dosen Pancasila Fakultas Hukum Universitas Diponegoro Dr Ani Purwanti.
Mengawali diskusi, Sukirno mengutip dialog Presiden Ir Soekarno dengan Presiden Republik Federal Sosialis Yugoslavia Josip Broz Tito. Dijelaskan, pada waktu itu Presiden Tito tidak mengkhawatirkan terpecahnya negaranya, sebab ia mempunyai tentara dan wilayahnya yang tidak terpisahkan.
“Presiden Tito apakah Anda mempunyai kekhawatiran tidak, setelah Anda tidak ada, apakah negara Anda akan utuh?” ujar Sukirno menirukan Ir Soekarno.
Sementara itu, sebaliknya ketika Ir Soekarno ditanya, menyatakan bahwa ia tidak menyediakan tentara untuk mempertahankan kesatuan Indonesia. Namun, Soekarno menyiapkan dasar yang menjadi pegangan bangsa, yaitu Pancasila. Ia menjamin bahwa dengan Pancasila, masyarakat Indonesia akan tetap bersatu.
“Realitanya, siapa yang pecah? Indonesia apa Yugoslavia?,” tegas Sukirno.
Dr Ani Purwanti menggarisbawahi bahwa Soekarno menyiapkan Pancasila bukan dari sesuatu yang baru, melainkan menggali dari nilai-nilai yang sudah ada di Indonesia. Menurutnya, ketika Gadjah Mada mengikrarkan sumpahnya untuk tidak makan buah maja, hal itu menunjukkan bahwa persatuan sebenarnya telah ada di bumi Nusantara.
Merespon generasi muda saat ini, Ani optimis bahwa rasa persatuan itu juga masih terasa kental dalam dalam kehidupan sehari-hari. “Unggahan anak-anak muda di media sosial, Tiktok maupun Instagram, kadang-kadang menyuaran kemanusiaan dan persatuan,” ucapnya.
Oleh sebab itu, sebetulnya hal tersebut sudah mencerminkan jiwa Pancasilais yang tanpa mereka sadari sudah diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Menurutnya, ciri khas masyarakat berpancasila tampak pada mereka yang berketuhanan, berkemanusiaan, melakukan persatuan, demokrasi serta berkeadilan.
Sukirno juga menambahkan, ciri khas masyarakat berpancasila juga tampak pada upaya untuk tetap melakukan gotong royong di masyarakat. Menurutnya, pada hal itu, muncul rasa keadilan.
Sementara itu, Haerudin sepakat bahwa nilai-nilai Pancasila sebetulnya masih kental di dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Seperti perayaan Idul Fitri yang bertepatan dengan Kenaikan Isa Almasih, beberapa waktu lalu. Ia menjelaskan mengenai keadaan Masjid Al-Hikmah yang berdampingan dengan Gereja Kristen Jawa Joyodiningratan yang terletak bersebelahan di Jalan Kratonan Serengan Solo.
Haerudin menyampaikan bahwa pengurus masjid dan geraja tersebut melakukan musyawarah agar kedua penganut agama masing-masing dapat menjalankan ibadah dengan baik dan khusyuk. “Ini realita bentuk-bentuk toleransi umat beragama di masyarakat kita,” ujarnya. (gih/akh)