Oleh: Priyo Udiarso, S.Pd.SD
Guru SDN 02 Kuta Bantarbolang, Kec. Bantarbolang, Kab. Pemalang
KEGIATAN berhitung merupakan kegiatan dari matematika, yang akan memperoleh pengembangan kognitif siswa. Begitu dekatnya kegiatan berhitung dalam kehidupan membuat pengembangan berhitung untuk siswa sekolah dasar menjadi hal yang signifikan. Di dalam perkembangan kemampuan matematika, siswa harus menguasai konsep bilangan yaitu angka-angka yang merupakan dasar ilmu pengetahuan.
Pada kenyataannya, siswa di Sekolah Dasar (SD) banyak mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal-soal matematika pada materi melakukan perkalian dan pembagian pecahan dan desimal, sehingga dapat mempengaruhi hasil belajar matematika secara keseluruhan. Hasil evaluasi muatan pelajaran (mupel) matematika pada kompetensi dasar (KD) menjelaskan dan melakukan operasi hitung campuran yang melibatkan bilangan cacah, pecahan, dan desimal dalam berbagai bentuk sesuai urutan operasi yang dicapai siswa kelas VI SDN 02 Kuta sangat tidak memuaskan. Lebih dari separuh siswa nilainya di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM).
Siswa terlihat kurang tertarik dan tidak termotivasi pada pelajaran matematika karena muatan pelajaran ini masih dianggap sebagai pelajaran yang sulit, sehingga matematika dianggap sebagai beban dan terasa berat dalam mengikuti pembelajaran matematika. Banyak siswa yang cenderung masa bodoh, sehingga penyelesaian soal-soal hanya didominasi oleh siswa yang mempunyai kemampuan lebih tinggi. Langkah aplikatif yang dapat dilakukan oleh guru untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran matematika salah satunya dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat. Di antara model pembelajaran yang tepat untuk materi perkalian dan pembagian pecahan dan desimal adalah model Number Heads Together (NHT).
Menurut Spencer Kagan (1993), model pembelajaran NHT adalah suatu model pembelajaran kooperatif struktural yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Pembelajaran model NHT menghendaki agar para siswa bekerja saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif.
Langkah-langkah model pembelajaran NHT adalah: 1) guru menyampaikan materi pembelajaran sesuai KD yang akan dicapai, yaitu perkalian dan pembagian pecahan dan desimal; 2) guru memberikan kuis secara individual kepada siswa untuk mendapatkan skor awal; 3) guru membagi kelas ke dalam beberapa kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa dan setiap anggota kelompok diberi nama dan nomor; 4) guru mengajukan permasalahan untuk dipecahkan bersama dalam kelompok; 5) guru mengecek pemahaman siswa dengan menyebut salah satu nomor/nama anggota kelompok untuk menjawab. Jawaban salah satu siswa yang ditunjuk oleh guru merupakan wakil jawaban dari kelompok; 6) guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan dan memberikan penegasan pada akhir pembelajaran membuat kesimpulan; 7) guru memberikan tes kuis kepada siswa secara individual; dan 8) guru memberikan penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan berdasarkan perolehan nilai.
Pembelajaran model NHT memiliki kelebihan, di antaranya setiap siswa menjadi siap semua, siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai dan dapat melakukan diskusi kelompok secara sungguh-sungguh. Sedangkan kelemahan model NHT adalah model ini kurang cocok untuk jumlah siswa yang banyak, karena membutuhkan waktu yang lama dan kelemahan kedua yaitu tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.
Banyak manfaat yang diperoleh dari model ini. Siswa bisa antusias dalam belajar, menjadi aktif, menjadi percaya diri, juga rasa kesetiakawanan muncul karena siswa yang pandai bisa membantu siswa yang kurang pandai. Model NHT tetaplah membantu meningkatkan hasil belajar materi menjelaskan dan melakukan operasi hitung campuran yang melibatkan bilangan cacah, pecahan, dan desimal dalam berbagai bentuk sesuai urutan operasi siswa kelas VI SDN 02 Kuta Bantarbolang, Kecamatan Bantarbolang, Kabupaten Pemalang. Suasana kelas menjadi akrab dan pembelajaran berlangsung efektif. (*)