Oleh: Eti Yuningsih, S.Pd
Guru IPA SMP N 3 Petarukan, Kabupaten Pemalang
ILMU Pengetahuan Alam (IPA) dijelaskan sebagai kumpulan pengetahuan dan cara-cara untuk mendapatkan dan menggunakan pengetahuan. IPA merupakan kombinasi dua unsur utama, yaitu proses dan produk yang tidak terpisahkan. IPA sebagai proses meliputi keterampilan proses dan sikap ilmiah yang diperlukan untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan; sedangkan sains sebagai produk berupa kumpulan pengetahuan yang meliputi fakta, konsep, generalisasi, prinsip, teori dan hukum. Dengan demikian, pada hakikatnya IPA merupakan ilmu pengetahuan tentang gejala alam berupa fakta, konsep, prinsip, dan hukum yang teruji kebenarannya melalui suatu rangkaian kegiatan dalam metode ilmiah.
Pembelajaran IPA yang baik harus mengaitkan IPA dengan kehidupan sehari-hari siswa. Siswa diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan, membangkitkan ide-ide, membangun rasa ingin tahu tentang segala sesuatu yang ada di lingkungannya, membangun keterampilan yang diperlukan, dan menimbulkan kesadaran bahwa belajar IPA menjadi sangat diperlukan untuk dipelajari. Penggunaan media pembelajaran akan memperbanyak pengalaman belajar siswa, membuat siswa menjadi tidak bosan, dan memberikan pembelajaran yang menarik kepada siswa.
Untuk menyampaikan pesan belajar, dibutuhkan sebuah media pembelajaran agar pembelajaran yang berlangsung menjadi mudah dan menyenangkan bagi siswa. Jika media didesain dan dikembangkan secara baik, maka fungsi dapat diperankan oleh media meskipun tanpa keberadaan guru. Untuk itu, penggunaan media pembelajaran sangat membantu guru dalam proses pembelajaran tetapi harus diperhatikan oleh guru sebelum menerapkannya dalam kelas. Salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPA adalah alat peraga.
Alat peraga dapat digunakan untuk meningkatkan efektivitas komunikasi dan interaksi edukatif antara guru dan siswa dalam proses pendidikan serta pengajaran di sekolah. Alat peraga diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa, sehingga dapat mendorong proses belajar. Alat peraga dipergunakan dengan tujuan agar proses belajar siswa lebih efektif dan efisien. Alat peraga termasuk media yang sangat penting dalam menyampaikan informasi ilmu pengetahuan kepada siswa. Pembelajaran menggunakan alat peraga berarti mengoptimalkan fungsi seluruh pancaindra siswa untuk meningkatkan efektivitas siswa belajar dengan cara mendengar, melihat, meraba, dan menggunakan pikirannya secara logis dan realistis.
Alat peraga digunakan untuk melatih keterampilan proses seperti mengamati, bertanya, merumuskan masalah dan hipotesis, interpretasi data, menarik kesimpulan, dan berkomunikasi dalam bentuk praktikum. Siswa lebih mudah menerima informasi materi pelajaran melalui proses penglihatan. Sebaliknya, guru akan mudah menyampaikan informasi pelajaran melalui penggunaan alat peraga bersifat visual dan audio.
Berdasarkan hasil dari kegiatan praktikum dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar mata pelajaran IPA antara sebelum dan sesudah penggunaan alat peraga sederhana. Penggunaan alat peraga untuk kegiatan praktikum memiliki pengaruh yang terhadap pemahaman dan kreativitas siswa
Hal tersebut didukung oleh aspek afektif dan psikomotor siswa pada saat kegiatan praktikum berlangsung. Selain kedua aspek tersebut, aspek utama yang diperhatikan yaitu aspek kognitif. Nilai rata-rata dari hasil pre-test yaitu 40,75. Setelah praktikum, dilaksanakan post-test dengan nilai rata-rata yaitu 74,1.
Ada beberapa manfaat penggunaan alat peraga bagi siswa. Di antaranya memusatkan perhatian siswa, menarik minat siswa untuk belajar, mempermudah penguasaan materi pelajaran, merangsang daya pikir dan nalar siswa, meningkatkan daya imajinasi dan kreativitas siswa. Sedangkan bagi guru, manfaatnya adalah mempermudah penyampaian materi pelajaran yang bersifat abstrak., memperluas cakupan materi pelajaran, mempermudah pencapaian tujuan pembelajaran, menciptakan suasana pembelajaran kondusif., menghindari pembelajaran verbalisme., menciptakan pembelajaran efektif dan efisien.
Sehingga disimpulkan bahwa kegiatan praktikum meningkatkan pemahaman siswa sebesar 33,4, dilihat dari nilai yang diperoleh. Saran yang dapat disampaikan berdasarkan hasil kegiatan yang telah dilakukan yaitu perlu adanya dukungan dari pemerintah atau dinas terkait di dalam pemenuhan kebutuhan kegiatan belajar mengajar, yaitu berupa alat peraga praktikum, sehingga sekolah dapat melangsungkan kegiatan praktikum dengan baik dan dapat meningkatkan pemahaman dan kreativitas siswa. (*)