Oleh: Eko Susilo, S.Pd, M.Si
Guru PJOK SMA Negeri 1 Guntur, Kabupaten Demak
SEBAGIAN orang tua memiliki mindset bahwa olahraga bisa menyebabkan anak kurang aktif dalam kegiatan belajar, sehingga dapat menyebabkan kebodohan. Pada kenyataannya, memang banyak kejadian yang mempengaruhi akibat dengan berolahraga sebagian anak malas belajar dan tingkat prestasi akademiknya semakin lemah. Masalah seperti ini disebabkan jika pelaksanaan olahraga yang dilaksanakan tidak sesuai dengan prosedur berolahraga yang benar. Contohnya ketika melaksanakan olahraga, tidak mempertimbangkan waktu dan beban aktivitas berolahraga serta aspek-aspek yang berdampak terhadap kegiatan olahraga. Ketentuan-ketentuan seperti ini memang harus dikembalikan kepada ahli di bidangnya, termasuk di antaranya para guru pembina olahraga atau pelatih yang membina pada masing-masing kegiatan cabang olahraga, sehingga setidaknya mereka memahami tentang konsep-konsep manajerial untuk melaksanakan olahraga yang benar.
Pendidikan karakter perlu ditingkatkan sebagai upaya membentuk generasi muda yang tangguh dan mampu bersaing pada era milenial ini. Oleh karena itu, peningkatan karakter juga perlu dipersiapkan secara lebih matang. Untuk mewujudkan hal tersebut, pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) No.87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). PP tersebut menyebutkan, penguatan pendidikan karakter merupakan tanggung jawab satuan pendidikan (sekolah) dan masyarakat. Dalam pembelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (PJOK) juga sudah termaktub tentang pembentukan karakter siswa yang diharapkan.
Karakter adalah suatu pembawaan individu berupa sifat, kepribadian, watak serta tingkah laku yang diekspresikan dalam kehidupan sehari-hari. Istilah karakter merupakan serapan kata bahasa Latin kharakter, kharessein, kharax, dan dalam bahasa Inggris, yakni character. Secara mendasar, dalam kehidupan sehari-hari adanya pengklasifikasian karakter ke dalam dua jenis, yaitu karakter baik dan karakter buruk. Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa karakter atau sifat bawaan berkaitan erat dengan kepribadian dalam diri seseorang., seperti dikutip dari laman Maxmanroe dan Dosensosiologi, Selasa (15/6/2021).
Konsep pendidikan karakter bersifat abstrak, sehingga pemberiannya harus lebih banyak pada perilaku dan contoh-contoh yang konstruktif. Pendidikan jasmani sebagai alat pendidikan mempercepat anak dalam mengembangkan karakter. Dukungan lingkungan sekolah dan masyarakat harus dijaga untuk menjaga iklim lingkungan sosial yang baik, agar mendukung pendidikan karakter. Guru PJOK dapat mengajarkan pendidikan karakter di luar jam pelajaran, terutama saat ekstra kurikuler, kegiatan pramuka, organisasi klub olahraga sekolah dengan melihat peluang yang tepat dalam pendekatan individu. Sehingga diharapkan PJOK menjadi laboratorium bagi pengalaman manusia.
Dengan berolahraga, nilai-nilai karakter pada siswa dapat ditumbuhkembangkan. Oleh karena itu, pendampingan seorang guru pembina maupun pelatih sangat penting ketika melaksanakan aktivitas olahraga. Dengan pendampingan, diharapkan pelaksanaan kegiatan dapat disesuaikan dengan program latihan sesuai porsi. Sehingga anak melaksanakan kegiatan sesuai waktu dan beban latihan. Ketika siswa diperintahkan melaksanakan program yang dilaksanakan secara maksimal, tentunya ada perubahan secara penampilan ataupun keterampilan dan bahkan keahlian.
Proses di atas secara tidak langsung menuntut pada seluruh siswa yang berlatih untuk berkompetisi menunjukkan prestasi yang terbaik dari hasil berlatih agar dapat menjadi delegasi untuk mewakili daerah, lembaga, maupun institusi dengan harapan meraih juara sesuai keahliannya. Hl tersebut secara tidak langsung akan menumbuhkembangkan nilai-nilai karakter siswa, di antaranya tanggung jawab karena memenuhi program latihan dari guru pembina atau pelatih, disiplin tinggi, percaya diri dan berani untuk berkompetisi.
Namun demikian, pemahaman bahwa untuk menghasilkan sebuah prestasi yang hebat harus cerdas dalam merencanakan kegiatan yang sudah dijadwalkan juga harus diberikan kepada siswa. Hal ini secara langsung membiasakan siswa memiliki karakter dalam manajerial penyusunan waktu yang baik. Sehingga antara kegiatan belajar, kegiatan sosial, kegiatan keagamaan, dan kegiatan lainnya sudah terkonsep dengan rapi akibat positif dari pembiasaan siswa disiplin mengatur waktu.
Dengan pembiasaan siswa melaksanakan olahraga yang baik atas pendampingan guru pembina dan pelatih masing-masing cabang olahraga, diharapkan dapat memberikan kontribusi jati diri anak untuk menumbuhkembangkan nilai-nilai karakter. Patut disyukuri bagi orang tua yang sampai saat ini putra-putrinya sudah bergabung dalam komunitas olahraga, sehingga terciptanya pribadi-pribadi yang berkarakter. (*)