Oleh: Siswanto, S.Pd.
Guru SDN 01 Gedeg, Kec. Comal, Kab. Pemalang
MEMBACA merupakan salah satu kegiatan yang penting dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Membaca dapat menentukan berhasil atau tidaknya proses pembelajaran. Dengan membaca, kita dapat menerjemahkan dan menginterpretasikan tanda-tanda atau lambang dalam bahasa yang dipahami oleh pembaca. Konsep pendidikan yang dianut negara Indonesia yaitu pendidikan sepanjang hayat, yaitu kewajiban setiap manusia untuk belajar sejak dilahirkan sampai akhir hayat. Budaya membaca dapat dikembangkan sejak dini dikarenakan membaca merupakan hal penting dalam kehidupan karena kehidupan diperoleh melalui membaca.
Kementerian pendidikan dan kebudayaan mengembangkan gerakan literasi sekolah (GLS). GLS adalah upaya yang melibatkan semua warga negara (guru, peserta didik, orang tua/wali murid) dan masyarakat secara menyeluruh yang merupakan bagian dari lingkungan pendidikan. Penumbuhan budi pekerti yang kuat melalui GLS tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 tahun 2015. Salah satu program di dalam kegiatan tersebut adalah “kegiatan 15 menit membaca buku non pelajaran sebelum waktu belajar dimulai”. Program ini dilakukan untuk menumbuhkan minat baca peserta didik agar dapat meningkatkan keterampilan membaca, sehingga pengetahuan yang diperoleh dapat dikuasai lebih baik. Materi baca berisi tentang nilai-nilai budi pekerti, seperti kearifan lokal, nasional, dan global yang akan disampaikan sesuai jenjang pendidikan peserta didik (Aswat dkk, 2020).
GLS diharapkan dapat menumbuhkan dan mengembangkan sikap yang baik dan budi pekerti yang luhur melalui pembelajaran multiliterasi, karena pada dasarnya tujuan pendidikan bukan hanya menghasilkan seseorang yang memiliki kecerdasan intelektual melainkan memiliki kecerdasan sosial, emosional, dan spiritual. Sebelum pelaksanaan GLS, diadakan sosialisasi kepada seluruh warga sekolah untuk menyamakan pandangan serta komitmen untuk mengadakan GLS.
Pelaksanaan GLS salah satunya dapat dilaksanakan dengan membuat pojok baca. Pojok baca dapat ditempatkan disudut kelas dengan berisi buku-buku dari perpustakaan sekolah maupun dari peserta didik yang membawa buku dari rumah. Pengenalan siswa ke pojok bacaan kelas diharapkan dapat menanamkan budaya membaca sejak dari kelas awal. Guru dapat menyiapkan sudut baca untuk menarik minat peserta didik agar mempunyai kegemaran dalam membaca serta dijadikan sebagai perpustakaan mini yang nyaman sebagai tempat untuk membaca. Guru dan peserta didik dapat berinovasi melalui pojok baca dengan mengadakan kegiatan membuat poster atau slogan maupun tulisan mengenai ajakan membaca dan pentingnya membaca.
Selain untuk menarik minat baca peserta didik, pembuatan pojok baca dapat dijadikan fasilitas dalam kegiatan membaca selama kurang lebih 15 menit sebelum memulai pembelajaran. Pembuatan pojok baca dapat diadakan setiap kelas dari kelas I-VI SD. Adanya pojok baca dapat memberikan manfaat seperti memfasilitasi kelas pada waktu luang, sebagai pembentukan karakter karena pendidikan dilakukan tidak hanya membentuk anak memiliki kecerdasan intelektual, akan tetapi dapat menanamkan pembentukan karakter seperti menyosialisasikan nilai dan norma yang ada dalam masyarakat, pembentukan karakter dapat dilakukan di pojok literasi kelas.
Kegiatan yang dapat dilakukan melalui pojok baca kelas dapat meningkatkan partisipasi siswa secara aktif. Program-program literasi dapat didorong dari pihak-pihak yang dapat meningkatkan GLS harus didukung dari pihak sekolah, orang tua maupun masyarakat. Dengan adanya program pojok baca, memberikan perubahan minat baca pada diri peserta didik, buku bacaan pada pojok baca sebaiknya buku yang berisikan nilai-nilai moral, dongeng maupun cerita yang dapat memberikan pelajaran dalam kehidupan sehari-hari. (*)