Oleh: Sri Tulasmini, S.Pd
SDN Karanganyar 1, Kec. Karanganyar, Kab. Demak
MASA usia sekolah adalah babak terakhir bagi periode perkembangan, di mana manusia masih digolongkan sebagai sebagai masa tengah dan akhir dari masa kanak-kanak. Pada masa inilah anak paling siap untuk belajar. Mereka ingin menciptakan sesuatu, bahkan berusaha untuk dapat membuat sesuatu sebaik-baiknya, ingin sempurna dalam segala hal.
Pada masa ini, anak menjalani sebagian besar dari kehidupannya di sekolah yaitu di Sekolah Dasar (SD). Masa usia SD sering pula disebut sebagai masa intelektual atau masa keserasian sekolah. Pada masa ini, secara relatif anak-anak lebih mudah dididik dari pada sebelumnya dan sesudahnya. Masa ini dapat dirinci lagi menjadi 2 fase, yaitu: 1) Masa kelas-kelas rendah SD, kira-kira umur 6-7 tahun sampai umur 9-10 tahun; dan 2) Masa kelas-kelas tinggi SD, kira-kira umur 9-10 tahun sampai kira-kira umur 12-13 tahun.
Perkembangan dan karakteristik anak pada usia SD berbeda-beda antara anak yang satu dengan anak yang lainnya. Karakter anak pada masa kelas rendah berbeda dengan karakter anak pada kelas tinggi, hal ini dapat dilihat dalam proses pembelajaran anak. Usia sekolah dasar utamanya yang ada di kelas rendah belum dapat mengembangkan keterampilan kognitifnya secara penuh, akan tetapi anak di kelas tinggi sudah dapat berpikir, berkreasi secara luas. Adapun karakteristik Anak Masa Kelas Rendah menurut Sumantri dan Nana Syaodih (2006) adalah senang bermain, senang bergerak, senangnya bekerja dalam kelompok, dan senang merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung.
Sedangkan menurut Basset, Jacka, dan Logan (1983), karakter anak SD kelas rendah serta implikasinya terhadap pembelajaran adalah: 1) Konkret. Konkret maksudnya belajar dari hal-hal yang nyata, misalnya dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba bahkan diotak-atik. Itu disebabkan karena anak SD kelas rendah belum bisa menggambarkan atau membayangkan sesuatu berdasarkan penjelasan atau teori; 2) Integratif, yaitu pada tahap anak SD kelas rendah, anak masih memandang sesuatu sebagai satu keutuhan, mereka belum bisa memisahkan suatu konsep ke bagian demi bagian; 3) Hierarkis, yaitu cara belajar anak yang berkembang secara bertahap dari hal yang sederhana ke hal yang lebih kompleks.
Implikasinya terhadap pembelajaran, guru harus menciptakan suasana belajar yang nyaman dan penuh ceria dengan merancang model pembelajaran yang serius tapi santai. Mereka biasanya tergetar perasaannya dan terdorong untuk berprestasi sebagaimana mereka tidak suka mengalami ketidakpuasan dan menolak kegagalan (Basset, Jacka, dan Logan: 1983).
Karakteristik anak SD kelas rendah adalah senang merasakan atau melakukan/memperagakan sesuatu secara langsung ditinjau dari teori perkembangan kognitif anak SD memasuki tahap operasional konkret. Implikasinya yaitu guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak terlibat langsung dalam proses pembelajaran.
Siswa masih senang belajar bersama temannya atau berkelompok, karena pergaulannya dengan kelompok sebaya. Karakteristik ini membawa implikasi bahwa guru harus merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar dalam kelompok. Karena anak pada usia ini cenderung ingin mengajar anak-anak lainnya.
Sebagian siswa tertentu misalnya yang paling kecil, besar, gemuk/kurus ataupun kecacatan fisik lainnya biasanya suka mencari perhatian seperlunya. Oleh karena itu, pada proses pembelajaran hendaknya diberikan perhatian khusus seperlunya dan diberikan kasih sayang tanpa pamrih.
Siswa usia ini sedang mengalami masa peka/sangat cepat untuk meniru, mendapat contoh/figur dari guru yang difavoritkannya. Oleh karena itu, di dalam pembelajaran guru hendaknya bersikap baik dan bisa menjadi contoh bagi murid-muridnya. Bahasa yang digunakan anak usia ini masih dipengaruhi oleh usia ibu, karena bahasa yang digunakan adalah bahasa yang sederhana tidak kompleks. Rasa ingin tahu yang tinggi, anak-anak SD usia ini sangat kritis mereka sering mengajukan pertanyaan-pertanyaan di luar dugaan jadi alam pembelajaran. (*)