Oleh: Sunarsih, S.Pd. SD
Guru Kelas SD Negeri Sedo 2, Kec. Demak, Kab. Demak
SALAH satu mata pelajaran yang harus dikuasai kompetensinya pada tingkat sekolah dasar adalah mata pelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA). Pembelajaran IPA di SD hendaknya membuka kesempatan untuk memupuk rasa ingin tahu peserta didik secara ilmiah. Tetapi pada kenyataanya, tidak semua peserta didik menguasai kompetensi seperti yang diharapkan. Menurut Mulyadi (2010), kesulitan belajar merupakan suatu kondisi dalam proses belajar yang ditandai adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar.
Untuk meningkatkan pemahaman dan penguasaan konsep IPA kepada peserta didik, dalam pembekalan materi ujian keterampilan IPA pada sistem penilaian dalam kurikulum 2013 di kelas VI SD Negeri Sedo 2 penulis menggunakan metode eksperimen. Menurut Hamdayana (2016), metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran, dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami sendiri sesuatu yang dipelajari. Melalui metode eksperimen, siswa diberi kesempatan untuk belajar sendiri, mengeksplor lingkungan berdasarkan eksperimen yang dilakukan, serta mengamati suatu objek atau suatu fenomena.
Sebelum melakukan percobaan, guru menjelaskan pengertian dari pemuaian. Yaitu bertambahnya suatu ukuran benda diakibatkan adanya kenaikan suhu zat tersebut. Dilanjutkan memberikan pertanyaan kepada siswa yang berhubungan dengan materi, misalkan “Pernahkah kalian mengamati aktivitas memanaskan atau memasak air dalam panci pada suhu tertentu, yang pada akhirnya air akan meluap?”. Hal tersebut merupakan salah satu peristiwa pemuaian pada zat cair.
Kemudian membentuk kelompok belajar untuk melakukan percobaan dengan menyiapkan alat, bahan, serta lembar kerja peserta didik yang dilengkapi dengan lembar pengamatan. Selanjutnya menjelaskan tata cara pelaksanaan percobaan itu sendiri. Percobaan ini dilakukan untuk membuktikan bahwa semua benda cair jika dipanaskan akan memuai atau mengembang.
Untuk melakukan percobaan, setiap kelompok mengambil alat dan bahan yang sudah disiapkan berupa pembakar spiritus, labu erlenmeyer. Lalu kaki tiga (pemegang labu erlemenyer), malam (plastisin), sedotan minuman, air, dan korek api. Kemudian siswa membaca langkah kerja dan melaksanakan kegiatan sebagai berikut. Pertama, siapkan pembakar spiritus dengan kaki tiganya (pemegang labu erlenmeyer). Kemudian isilah labu erlenmeyer dengan air hingga penuh.
Kedua, masukkan sedotan minuman kedalam labu erlenmeyer tersebut. Tutuplah mulut labu erlenmeyer dengan plastisin hingga rapat, agar sedotan minuman dapat berada ditengah-tengah. Ketiga, nyalakan pembakar spiritus dengan korek api, letakkan labu erlenmeyer pada kaki tiga tepat diatas api yang telah menyala. Keempat, amati keadaan air di dalam sedotan minuman yang terdapat pada labu erlenmeyer hingga mendidih. Lalu amati, adakah perubahan letak air di dalam sedotan minuman?.
Dalam pengamatan ini, siswa harus memperhatikan pergerakan air di dalam sedotan minuman dari menit ke menit, dan mengukurnya dengan satuan centimeter. Kemudian hasilnya dicatat ke dalam tabel yang berada pada lembar pengamatan. Hasil dari percobaan yang pernah kami lakukan, pergerakan air didalam sedotan minuman diatas mulut labu erlenmeyer pada 0 menit, pergerakan air di dalam sedotan masih tetap. Pada pengamatan ke-1 menit, pergerakan air mulai tinggi mencapai 2 cm.
Pada menit ke-2, pergerakan air bertambah tinggi mencapai 5 cm. Setelah selesai mengamati, perwakilan dari masing-masing kelompok belajar melaporkan hasilnya ke depan kelas. Setelah semua kelompok selesai melaporkan, guru bersama siswa mengevaluasi hasil dari presentasi. Dari kegiatan tersebut dapat disimpulkan bahwa semua benda cair jika dipanaskan akan memuai atau mengembang.
Dengan melakukan kegiatan percobaan pada pembelajaran IPA khususnya materi pemuaian benda cair, semua siswa benar-benar aktif dalam belajarnya. Pengalaman belajar yang mereka peroleh dapat meningkatkan pemahaman dan penguasaan konsep IPA pada dirinya. Sehingga berpengaruh besar pada pencapaian kompetensi yang diharapkan. (*)