Oleh: Nurmiati, S.Pd
Guru SDN 03 Rowosari, Kec. Ulujami, Kab. Pemalang
ILMU pengetahuan sosial (IPS) pada hakikatnya adalah telaah tentang manusia dan dunianya (Hidayati, dkk, 2008:1-19). IPS memiliki beberapa tujuan. Yaitu mengenalkan konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya. Kemudian mendidik anak untuk memiliki kemampuan dasar dalam berpikir logis dan kritis, memiliki rasa ingin tahu, mampu memecahkan masalah. Berikutnya terampil dalam kehidupan sosial, memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, memiliki kemampuan berkomunikasi dan bekerjasama. Lalu berkompetensi dalam masyarakat yang majemuk di tingkat lokal, nasional, dan global.
Dalam pelaksanaan kurikulum mata pelajaran IPS menurut Depdiknas (2007), ditemukan berbagai permasalahan. Di antaranya adalah dokumen kurikulum, implementasi kurikulum dan strategi pembelajaran yang masih satu arah. Dengan adanya temuan tersebut, IPS menjadi program pendidikan yang banyak disoroti oleh beberapa pihak pada tingkat pendidikan dasar dan menengah.
Pembelajaran IPS harus dilaksanakan secara sistematis dan terpadu serta membutuhkan strategi dan metode pembelajaran yang inovatif. Penerapan concept mapping merupakan salah satu strategi yang dapat meningkatkan pemahaman siswa. Concept mapping adalah teknik untuk mengorganisasikan dan membuat diagram visual tentang seperangkat idea tau konsep dalam bentuk pola logis. Sehingga berbagai hubungan dapat dilihat dengan mudah (Arends, 2008:353).
Dalam penerapan concept mapping sendiri mendapatkan bantuan media visual berupa kartu, untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimal. Tim kolaborasi akan menggunakan bantuan media audiovisual. Dengan penggunaan media audiovisual, siswa lebih mudah untuk mempelajari konsep-konsep materi dan lebih tertarik dengan materi yang akan diajarkan.
Kualitas menurut Etzioni (Daryanto, 2010:57) dapat dimaknai dengan istilah mutu atau keefektifan. Secara operasional, kualitas pembelajaran dapat dimaknai sebagai intensitas keterkaitan sistemik dan sinergi pengajar, peserta didik, kurikulum dan bahan ajar, media, fasilitas, dan sistem pembelajaran dalam menghasilkan proses dan hasil belajar yang optimal sesuai dengan tuntutan kurikuler (Depdiknas, Dirjen Dikti, 2004). Dengan demikian, kualitas pembelajaran dapat dimaknai sebagai keberhasilan sebuah pembelajaran yang didasarkan pada tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
Concept mapping sering disebut juga dengan peta konsep yang menyediakan bantuan visual konkret untuk membantu mengorganisasikan informasi sebelum informasi tersebut dipelajari. Yakni dengan bantuan visual konkret berupa kartu konsep yang akan mempermudah siswa mengorganisasikan konsep.
Concept mapping dibuat dengan tujuan memperjelas pemahaman suatu materi. Selanjutnya mengembangkan kemampuan mensistesis dan mengintegrasikan informasi. Lalu mengembangkan kemampuan berpikir secara holistik untuk melihat keseluruhan dan bagian-bagian. Berikutnya mengembangkan kecakapan, strategi, kebiasaan belajar, serta memahami perspektif dalam suatu konsep.
Secara lebih spesifik, Zaini (2008:168) merancang strategi pembelajaran peta konsep dengan langkah pembelajaran sebagai berikut. Pertama, pilihlah satu masalah atau topik atau teks atau wacana sebagai bahan evaluasi. Kedua, mintalah peserta didik melakukan brain storming tentang masalah atau topik. Ketiga, mintalah peserta didik memilih konsep dari curah gagasan.
Keempat, mintalah kembali peserta didik untuk menuliskan konsep-konsep utama di
atas kartu-kartu secara terpisah. Kelima, dengan kartu-kartu yang telah bertuliskan konsep utama, peserta didik membuat satu gambar yang saling berhubungan antar konsep-konsep. Peta konsep bisa dalam bentuk vertikal atau horizontal. Keenam, pastikan peserta didik membuat garis penghubung antar konsep utama.
Ketujuh, sebelum mengakhiri tugas peserta didik, mintalah mereka menulis satu kata atau level di atas setiap garis penghubung. Kedelapan, tampilkan satu peta konsep yang anda buat sendiri sebagai bahan berbandingan dengan apa yang dikerjakan. Kesembilan, setelah peserta didik mengerjakan tugas, anda mengumpulkannya dan siap untuk melakukan koreksi atau evaluasinya dengan kriteria yang sudah dibuat. Kesepuluh, setelah dikoreksi, anda mengembalikannya kepada peserta didik. (*)