Ayo Budayakan Membaca dengan Majalah Dinding

Oleh: Catur Sulistyo, S.Pd
Guru SD 1 Temulus, Kec. Mejobo, Kab. Kudus

MAJALAH dinding merupakan salah satu wujud keterampilan menulis. Menurut Supriyanto (dalam Saliwangi, 1992:2), majalah dinding sangat mungkin diselenggarakan karena merupakan salah satu bentuk majalah sekolah yang sederhana dengan biaya yang murah. Sehingga lebih mungkin dilaksanakan di mana saja. Kehadirannya di sekolah bukan saja disikapi sebagai pelengkap fasilitas semata, tetapi juga telah menjadi kebutuhan siswa. Baik yang berkaitan dengan program kurikulum kurikuler maupun kokurikuler (Widodo, 1992:1).

Peranan majalah dinding yang tampak pokok sebagai salah satu fasilitas kegiatan siswa secara fisikal dan faktual serta memiliki sejumlah fungsi. Yaitu informatif, komunikatif rekreatif, dan kreatif (Widodo, 1992:1) Dalam praktiknya, terdapat banyak bukti bahwa majalah dinding dapat menjadi sarana berlatih untuk membina kreativitas menulis dan modal penanaman gemar membaca.

Majalah dinding atau yang biasa diakronimkan menjadi mading merupakan satu jenis media komunikasi massa tulis yang paling sederhana. Disebut majalah dinding karena prinsip majalah terasa dominan di dalamnya. Sementara itu penyajiannya biasanya dipampang pada dinding atau sejenisnya (Nursito, 1999:1).

Baca juga:  Relevansi Peran Guru PAI Sekolah Dasar di Era Artificial Intelligence

Materi majalah dinding disusun secara variatif dan harmonis. Sehingga secara keseluruhan perwajahan majalah dinding tampak menarik dalam bentuk kolom-kolom, bermacam-macam hasil karya seperti lukisan, vinyet, teka-teki silang, karikatur, cerita bergambar, puisi, cerpen, dan lain-lain.

Majalah dinding merupakan ragam pers khusus yang dipakai di lingkungan sekolah. Garis besar majalah dinding menurut Widayati (1996) meliputi rubrik tajuk rencana atau editorial, pemberitaan, karya ilmiah, feature, kreatif sastra, dan rubrik umum.

Widodo (1992:2) menyatakan bahwa majalah dinding memiliki manfaat. Yaitu peningkatan minat baca, pengembangan cakrawala pengetahuan, sumber acuan informasi keilmuan. Selain itu pengisi waktu luang dan penyalur serta penampung bakat, minat, hobi, serta sebagai dokumentasi dan media pengajaran.

Baca juga:  Pembelajaran Diferensiasi dengan Bu Pop Meningkatkan Pemahaman Siswa Materi Pubertas

Majalah dinding yang dipasang di sekolah merupakan media komunikasi yang termurah untuk menciptakan komunikasi antar warga sekolah. Melalui majalah dinding, setiap warga sekolah dapat menuangkan gagasan dan idenya melalui berbagai macam ragam tulisan. Sehingga dapat dibaca oleh warga sekolah yang lain.

Pemasangan majalah dinding merupakan komunikasi yang praktis. Mengingat bahan dan volume tulisan dapat diatur secara elastis, disesuaikan dengan tema dan kondisi atau keperluan yang aktual. Bila tema atau isu yang berkembang masalah lingkungan hidup, sangat mungkin majalah dinding yang ada di sekolah akan lebih banyak didominasi oleh tulisan, gambar, puisi, cerpen dan lain-lain yang berisi tentang lingkungan hidup.

Dengan adanya majalah dinding, bermacam informasi dapat disebarkan secara mudah ke seluruh wilayah sekolah tersebut dan akan banyak hal yang semula tidak diketahui akhirnya menjadi perbendaharaan pengetahuan. Baik yang bersifat praktis maupun yang perlu perenungan.

Baca juga:  Pembelajaran Diferensiasi dengan Bu Pop Meningkatkan Pemahaman Siswa Materi Pubertas

Jika majalah dinding dikemas dengan baik, maka akan dapat menarik perhatian siswa untuk melihat dan membacanya. Sehingga majalah dinding dapat dipakai sebagai satu media untuk meningkatkan kebiasaan membaca. Jika hal tersebut terjadi, maka majalah dinding tidak akan pernah sepi dari siswa-siswa yang akan membacanya dan terbuka peluang bagi siswa tidak hanya sekedar untuk membaca. Namun dapat menimbulkan insipirasi bagi siswa untuk menuangkan gagasan, ide dan kreativitasnya dalam majalah dinding. Dengan demikian, siswa tidak hanya sebagai pembaca tetapi juga sebagai penulis.

Majalah dinding dapat dimanfaatkan sebagai satu sarana oleh siswa untuk mengisi waktu luangnya, di saat ada jam-jam kosong atau pada saat istirahat dan selesai mengikuti semua pelajaran. Waktu-waktu luang dapat dimanfatkan oleh siswa dengan membaca berbagai macam tulisan yang dapat memperkaya pengetahuan dan wawasannya. (*)