Inovasi Pembelajaran Mendukung Kesuksesan Belajar IPA

Oleh: Tety Arisanti, S.Pd
Guru IPA SMPN 4 Taman, Kab. Pemalang

MENJADI guru adalah sebuah pilihan. Seorang guru adalah orang yang dikagumi dan ditiru oleh murid-muridnya. Dalam hal ini, generasi muda membutuhkan seorang guru yang dapat menjadi teladan bagi mereka dalam kehidupan sehari-hari. Di samping orang tua, guru adalah figur utama sekolah.

Selain memperoleh ilmu, siswa juga mencontoh perilaku guru yang baik dan terampil, sehingga guru harus beretika, cerdas, dan berkompeten di bidangnya. Inovasi pembelajaran adalah sesuatu yang dimiliki atau dilaksanakan oleh seorang guru untuk memberikan pembelajaran yang menarik dan berkualitas.

Inovasi guru sudah dikenal guru. Namun, sebagai seorang guru yang setiap hari berinteraksi dengan siswa, tidak ada salahnya seorang guru meng-update apa yang dipelajarinya untuk memudahkan siswa memahami materi yang disampaikan.

Pengetahuan yang diterima siswa dari guru mereka memungkinkan pembelajaran sepanjang hayat. Salah satu inovasi pembelajaran yang dapat diadopsi guru adalah penggunaan model pembelajaran.

Baca juga:  Relevansi Peran Guru PAI Sekolah Dasar di Era Artificial Intelligence

Guru harus memiliki pemahaman yang mendalam tentang karakter siswa, karena tidak semua siswa cocok untuk memahami mata pelajaran tertentu. Oleh karena itu, guru hendaknya memilih dan menerapkan model pembelajaran tertentu yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan kepada siswa. Sehingga siswa tidak bosan dengan model pembelajaran yang monoton.

Ilmu pengetahuan alam (IPA) adalah ilmu yang mempelajari lingkungan alam dan isinya. Artinya, ilmu pengetahuan mempelajari semua benda alam, peristiwa, dan fenomena yang terjadi di alam. Sains bukan hanya pengelolaan sekumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip. Tetapi juga merupakan proses penemuan.

Oleh karena itu, pemilihan model pembelajaran yang tepat untuk mata pelajaran IPA sangatlah penting. Sebagai contoh pembelajaran inovatif yang penulis gunakan dalam pembelajaran saintifik yang menitikberatkan pada penemuan masalah, yaitu pembelajaran berbasis proyek. Pembelajaran berbasis proyek adalah model pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai sumbernya. Siswa memeriksa, mengevaluasi, menafsirkan, dan mensintesis informasi untuk mencapai hasil belajar yang berbeda.

Baca juga:  Pembelajaran Diferensiasi dengan Bu Pop Meningkatkan Pemahaman Siswa Materi Pubertas

Dalam pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran dilakukan dengan menggunakan sintaks berikut. Fase pertama adalah proses dimana siswa menjadi akrab dengan masalah. Guru memberikan masalah kepada siswa (atau masalah diungkapkan melalui pengalaman siswa). Pada fase ini, guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan, mendorong siswa untuk terlibat dalam kegiatan pemecahan masalah, dan menyajikan masalah.

Tingkat kedua, organisasi kemahasiswaan. Pada fase ini, guru membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok dan membantu mereka mendefinisikan serta mengatur tugas-tugas pembelajaran yang berhubungan dengan masalah.

Tahap ketiga, konseling belajar individu dan kelompok. Pada tahap ini, guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang diperlukan, melakukan percobaan, dan penelitian untuk memperoleh penjelasan serta pemecahan masalah.

Baca juga:  Pembelajaran Diferensiasi dengan Bu Pop Meningkatkan Pemahaman Siswa Materi Pubertas

Tahap keempat, pengembangan dan penyajian hasil. Pada fase ini, guru mendukung siswa dalam merancang dan membuat laporan, dokumentasi atau model, dan membantu mereka berbagi tugas dengan teman sebayanya.

Pada langkah kelima, proses dan hasil pemecahan masalah dianalisis dan dievaluasi. Pada tahap ini, guru membantu siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap proses dan hasil penelitian yang telah mereka lakukan.

Pembelajaran berbasis proyek merupakan salah satu inovasi pembelajaran pada pendidikan IPA yang saya gunakan untuk menciptakan lingkungan belajar yang berpusat pada siswa dengan menggunakan berbagai model pembelajaran yang inovatif. Sehingga tercipta suasana pembelajaran IPA yang dapat mendorong siswa untuk aktif dan kreatif. (*)